Thursday, May 16, 2013

Masa Indah Yang Terlewatkan


Membaca Tips dari postingan mbak Enny yang berjudul "Tips Mengatasi Anak yang Pemalu"  membawaku pada ingatan masa kecil hingga beranjak remaja. Sebuah situasi sulit yang sangat membekas dalam ingatanku sampai saat ini. Ditulisanku ini aku tidak hendak menggurui siapapun hanya ingin share dan penegasan contoh nyata atas postingan mbak Enny Mamito. Dengan harapan bisa membawa manfaat bagi perkembangan putra-putrinya yang mengalami hal serupa denganku.

Masa kecilku tergolong type anak yang sangat pemalu berlebihan bahkan sudah menjurus pada krisis kepercayaan atau minder. Aku sendiri kadang tidak percaya dengan kondisiku sendiri. Perbedaan antara diriku dengan kedua kakakku bagaikan langit dan bumi. Kadang timbul rasa iri melihat kedua kakak begitu mudahnya bergaul, teman-temannya datang silih berganti sedemikian akrabnya. Tidak heran karena kakak aktif diberbagai komunitas seperti Pecinta Alam, kepemudaan dan organisasi lain, sedang aku lebih suka dikamar bergumul dengan segala macam buku kalaupun ada kesempatan lain kuhabiskan waktuku dengan corat-coret di kanvas.
 
Aku terlalu asyik dengan duniaku sendiri sehingga melupakan interaksi dengan dunia luar. Bahkan ada yang mengatakan aku sebagai anak yang introvert. Berkali-kali kakak mengajak untuk ikut bersosialisasi dengan teman-temannya. Lagi-lagi aku kurang ada respon dengan ajakan itu dengan alasan karena usia mereka tidak sepantaran akupun menolaknya dengan halus.

Mungkin kelihatannya aneh tapi inilah realitanya. Sewaktu SD ada salah satu guru yang rumahnya tidak jauh dari rumahku sekitar dua ratus meter. Teman-teman sering datang berkunjung dirumah itu sekedar untuk bermain dengan anaknya yang juga teman sekelasku. Dalam hati ingin ikut berbaur dengan mereka tapi entah mengapa ada rasa kurang percaya diri untuk bermain bersama mereka. Padahal sebenarnya aku tidak ada kekurangan dalam hal phisik, masalah pelajaranpun aku masih bisa bersaing dengan mereka. Tapi entahlah rasa kurang percaya diri selalu menghantuiku dan kondisi seperti ini berlangsung hingga aku masuk kebangku SMA.  

Masa Indah Yang Terlewatkan
Keanehanku ini tak urung menjadi perhatian keluarga apalagi aku sudah menginjak usia remaja. Sampai akhirnya ayah mengajakku ketempat kerjanya disaat aku libur sekolah. Seperti biasanya buku tidak pernah lepas dari tanganku, karena buku yang kuanggap bisa menemaniku disaat apapun.  Setelah diajak berkeliling dilingkungan pabrik lantas ayah menyuruhku duduk dikursi yang tidak jauh dari meja kerjanya. Aku sendiri tidak tahu apa maksud ayah mengajakku ke kantornya, walau dalam hati memprotes dan ingin pulang tapi tetap aku turuti kemauan ayah.

Jenuh rasanya berjam-jam hanya duduk dan membaca sambil melihat orang-orang keluar masuk ruangan hanya untuk memberi laporan, berdiskusi dan meminta pendapat seputar masalah industri bahkan tidak sedikit yang curhat masalah keluarganya. Sesekali aku melirik bagaimana cara ayah menghadapi karyawan yang beraneka ragam type dan karakternya. Kebetulan ayah waktu itu mempunyai posisi penting di perusahaan. Sebagai Factory Manager yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran industri di pabrik. 

Setelah sore menjelang pulang ayah mendekatiku yang sudah mulai jenuh dengan suasana dikantor. Sambil duduk dikursi sebelahku ayahpun mulai berkata padaku.
"Sengaja ayah mengajakmu melihat langsung suasana dikantor ayah. Tadi kamu lihat sendiri banyak staff dan karyawan yang datang keruangan ini dengan membawa beragam permasalahan tapi sebenarnya tujuannya satu yaitu ingin mendapatkan solusi" kata ayahku dengan mimik serius.

"Ayah disini dianggap sebagai pemimpin maka apapun kondisinya harus bisa melayani mereka sebaik dan sebijak mungkin. tidak mungkin ayah menjawab keluhan mereka dengan mengatakan coba kalian baca buku ini tapi tetap harus memberi jawaban dan argument yang sesuai dengan nalarnya. Itu artinya harus ada keseimbangan antara teori dan praktik, dari hasil membaca dicoba ditransfer pada realita kehidupan begitu pula sebaliknya" Aku hanya bisa terdiam mendengarkan petuah ayah.

"Kamu lelaki yang nantinya akan jadi pemimpin minimal pemimpin rumah tangga, seorang pemimpin yang akan bertanggung jawab penuh atas baik dan buruknya orang yang dipimpinnya. Kalau tidak mulai belajar memimpin dari sekarang mau kapan lagi"  Oh kalimat terakhir ini benar-benar pukulan telak bagiku bagai godam menghantam tepat di ulu hatiku hingga membuatku tersungkur.

Benar kata ayah bahwa buah dari membaca harus dipraktikkan dalam kehidupan dan saat ini ayah telah memberi contoh bagaimana mempraktikkannya dengan mengajakku melihat secara langsung sebuah visualisasi kehidupan yang selama ini kubiarkan berlalu begitu saja. Aku tersadar telah melewatkan masa-masa indahku dalam cengkeraman kebodohan yang kubuat sendiri. Dari situ aku belajar untuk mulai membuka diri walau dengan tertatih-tatih akhirnya aku bisa berkembang seperti layaknya teman seusiaku.

Aku mulai mengikuti jejak kakakku untuk aktif mengikuti komunitas dari yang terkecil, mulai dari karang taruna, remaja masjid, organisasi disekolah dan dilanjut organisasi kemahasiswaan. Dan hal yang luar biasa progres yang kudapatkan yaitu dulu aku orang yang pemalu dan susah bergaul akhirnya bisa percaya diri memberikan presentasi demi presentasi dikantor bahkan dengan berbekal pengalaman pribadi dan menghadiri berbagai seminar leadership maka teman-teman mereferensikan untuk berdiri dari panggung ke panggung dihadapan ratusan pasang mata untuk menjadi seorang motivator walau belum sekelas Mario Teguh ataupun Tung Desem Waringin.

Maka benar kata orang bijak bahwa sebenarnya musuh yang paling sulit untuk dikalahkan adalah kebodohan dan ke-egoan diri sendiri. Jangan katakan tidak bisa sebelum mencobanya, itu seperti yang kualami selama ini. Tapi Alhamdulillah sungguh beruntung aku masih punya orang-orang terdekat yang selalu mendukung untuk bisa mengalahkan kebodohanku sendiri.



Tulisan ini diikutkan di GA-nya mbak Enny Mamito dengan tajuk





Artikel Media Macarita Sejenis

Categories: , ,

24 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. waah.. mirip aku dulu,g pendiem, tp pemalu. hehehe krisis interaksi sosial deh.
    alhamdulillah, setelah kerja dapet amanah yg menuntut untuk banyak interaksi sma banyak org bahkan yg belum kenal sebelumnya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo gitu cerita kita hampir sama, malah saya lebih parah kali

      Delete
  2. oo, ada lagi tho GA nya? wah, baru tau damae,

    ReplyDelete
  3. gak nyangka kang insan masa kecilnya pendiem... :P
    saya terkesan dengan figur ayahnya kang... #cool ^_^
    sukses GAnya.. ikutan ahh.. hihiii...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang juga masih pendiem loh teh Anita

      makasih kunjungannya

      Delete
  4. Cerita yg bertolak belakang sama diriku Kang. Kalau aku tidak bisa diam. :p◦°◦”̮◦°◦Нзнзнзнз◦°◦”̮◦°◦:p,

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau orang jawa bilang sukanya umek ae ya kang

      Delete
  5. yahhh saingan mkin bnyk niy :))))
    sukses untuk GAnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. semakin banyak saingan berarti semakin mengasah diri

      Delete
  6. Kalo inget jaman saya kecil saya malu banget, karena tergolong anak yang aktip ampe saya pernah diceritain oleh ibu saya kalo waktu kecil saya pernah dibaw ke orang pinter karena dikira kesurupan/kemasukan. Ada2 aja...

    tapi tetep, masa-masa kecil dulu selalu ninggalin jejak yang sangaaat banyak....

    Salam kenal dari Sophie Riswand :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kok bisa begitu ya, kalo sekarang mungkin disebut hiperaktif ya mas

      Salam kenal juga

      Delete
  7. Adek saya dulu juga pendiem, pemalu dan sakit2an. Tapi sekarang jadi tukang gambar di perusahaan kontraktor yang harus turun lapangan mengawasi para perkerja di lapangan. Kalau saya sedang2 saja kayaknya hehe.

    Meskipun masa indah saat kecil terlewatkan, tapi sekarang dapat gantinya khan pak... Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya ada pepatah Diam-diam menghanyutkan
      hebat ya mbak Tarry adiknya bisa mengalahkan diri sendiri

      Alhamdulillah Aamiin... semoga bisa ttp bermanfaat

      Delete
  8. Membaca beberapa kisah tentang kakek Devon di MR dan MM, rasanya bisa melihat kebijakan sifatnya. Alhamdulillah ya mas Insan. Semoga ayahandanya mendapat tempat yang baik di sisi Allah.

    Sekarang memang masih jado diem, setuju itu :D
    Kecuali kalau lagi bawa bom sama petasan.

    Setuju mas Insan, musuh utama kita adalah diri sendiri. Tak perlu merasa orang lain atau keadaanlah yang menghambat kita, tapi diri kita sendirilah yang harus kita tundukkan.

    Semoga menang lagi ya GA-nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang kakeknya Dev orang yang disegani karena ketegasan kedisiplinannya tapi tidak otoriter, mau mendengar dan bergaul dengan staffnya tanpa merasa rendah dan merendahkan

      Dirumah Ayah sebagai sosok yang hampir tidak pernah memarahi anak2nya dengan nada keras, biasanya nyamperin ke kamar anak dan berkomunikasi layaknya sahabat, dan itu yhg bisa membuat kami anaknya menangis...

      Terimakasih mbak atas doanya..

      Delete
  9. Kalau mas kecilku malah enak sob. Kebanyakan main, tapi sering berantem juga. Kalau sekarang malah pemalu he he he

    ReplyDelete
    Replies
    1. walah kebalikan, tapi masa iya kecilnya jagoan gedenya pemalu.. hihihi

      Delete
  10. kalau sekarang masih pemalu juga kah mas:)

    ReplyDelete
  11. hm..mirip benar dengan masa kecil, pemalu, pendiam, peragu dan minderan.....wuaaah......kondisi dulu yang sedikit membekas sampai kini.....

    ReplyDelete
  12. Tulisan-tulisan yang seperti ini selalu enak dan nyaman untuk dibaca (y)

    ReplyDelete
  13. Kayak aku dong waktu dulu masih kecil pendiem banget udah gitu pemalu ..

    ReplyDelete