Membaca Tips dari
postingan mbak Enny yang berjudul "Tips Mengatasi Anak yang Pemalu"
membawaku pada ingatan masa kecil hingga beranjak remaja. Sebuah situasi sulit
yang sangat membekas dalam ingatanku sampai saat ini. Ditulisanku ini aku
tidak hendak menggurui siapapun hanya ingin share dan penegasan contoh nyata atas postingan mbak Enny Mamito. Dengan harapan bisa
membawa manfaat bagi perkembangan putra-putrinya yang mengalami hal
serupa denganku.
Masa
kecilku
tergolong type anak yang sangat pemalu berlebihan bahkan sudah
menjurus
pada krisis kepercayaan atau minder. Aku sendiri kadang tidak
percaya
dengan kondisiku sendiri. Perbedaan antara diriku dengan kedua kakakku
bagaikan
langit dan bumi. Kadang timbul rasa iri melihat kedua kakak begitu
mudahnya bergaul, teman-temannya datang silih berganti sedemikian akrabnya. Tidak heran
karena kakak aktif diberbagai komunitas seperti Pecinta Alam, kepemudaan
dan organisasi lain, sedang aku lebih suka dikamar bergumul dengan
segala macam buku kalaupun ada kesempatan lain kuhabiskan waktuku dengan
corat-coret di kanvas.
Aku
terlalu asyik dengan duniaku sendiri sehingga melupakan interaksi
dengan dunia luar. Bahkan ada yang mengatakan aku sebagai anak yang
introvert. Berkali-kali kakak mengajak untuk ikut bersosialisasi dengan
teman-temannya. Lagi-lagi aku kurang ada respon dengan ajakan itu dengan
alasan karena usia mereka tidak sepantaran akupun
menolaknya dengan halus.
Mungkin
kelihatannya aneh tapi inilah realitanya. Sewaktu SD ada salah
satu guru yang rumahnya tidak jauh dari rumahku sekitar dua ratus
meter. Teman-teman sering datang berkunjung dirumah itu sekedar untuk bermain
dengan anaknya yang juga teman sekelasku. Dalam hati ingin ikut berbaur
dengan mereka tapi entah mengapa ada rasa kurang percaya
diri untuk bermain bersama mereka. Padahal sebenarnya aku tidak ada
kekurangan dalam hal phisik, masalah pelajaranpun aku masih bisa
bersaing dengan mereka. Tapi entahlah rasa kurang percaya diri selalu
menghantuiku dan kondisi seperti ini berlangsung hingga aku masuk kebangku SMA.
Masa Indah Yang Terlewatkan |
Keanehanku
ini tak urung menjadi perhatian keluarga apalagi aku sudah menginjak
usia remaja. Sampai akhirnya ayah mengajakku
ketempat kerjanya disaat aku libur sekolah. Seperti biasanya buku tidak pernah lepas dari
tanganku, karena buku yang kuanggap bisa menemaniku disaat apapun.
Setelah diajak berkeliling dilingkungan pabrik lantas ayah menyuruhku
duduk dikursi yang tidak jauh dari meja kerjanya. Aku sendiri tidak tahu
apa maksud ayah mengajakku ke kantornya, walau dalam hati memprotes dan
ingin pulang tapi tetap aku turuti kemauan ayah.
Jenuh
rasanya berjam-jam hanya duduk dan membaca sambil melihat orang-orang
keluar masuk ruangan hanya untuk memberi laporan, berdiskusi dan meminta
pendapat seputar masalah industri bahkan tidak sedikit yang curhat
masalah keluarganya. Sesekali aku melirik bagaimana cara ayah menghadapi karyawan yang beraneka ragam type dan karakternya.
Kebetulan ayah waktu itu mempunyai posisi penting di perusahaan.
Sebagai Factory Manager yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
kelancaran industri di pabrik.
Setelah
sore menjelang pulang ayah mendekatiku yang sudah mulai jenuh dengan
suasana dikantor. Sambil duduk dikursi sebelahku ayahpun mulai berkata
padaku.
"Sengaja ayah mengajakmu melihat langsung suasana dikantor ayah. Tadi
kamu lihat sendiri banyak staff dan karyawan yang datang keruangan ini
dengan membawa beragam permasalahan tapi sebenarnya tujuannya satu yaitu
ingin mendapatkan solusi" kata ayahku dengan mimik serius.
"Ayah
disini dianggap sebagai pemimpin maka apapun kondisinya harus bisa
melayani mereka sebaik dan sebijak mungkin. tidak mungkin ayah menjawab
keluhan mereka dengan mengatakan coba kalian baca buku ini tapi
tetap harus memberi jawaban dan argument yang sesuai dengan nalarnya.
Itu artinya harus ada keseimbangan antara teori dan praktik, dari hasil
membaca dicoba ditransfer pada realita kehidupan begitu pula sebaliknya"
Aku hanya bisa terdiam mendengarkan petuah ayah.
"Kamu
lelaki yang nantinya akan jadi pemimpin minimal pemimpin rumah tangga,
seorang pemimpin yang akan bertanggung jawab penuh atas baik dan
buruknya orang yang dipimpinnya. Kalau tidak mulai belajar memimpin dari
sekarang mau kapan lagi" Oh kalimat terakhir ini benar-benar pukulan
telak bagiku bagai godam menghantam tepat di ulu hatiku hingga membuatku
tersungkur.
Benar
kata ayah bahwa buah dari membaca harus dipraktikkan dalam kehidupan
dan saat ini ayah telah memberi contoh bagaimana mempraktikkannya dengan
mengajakku melihat secara langsung sebuah visualisasi kehidupan yang
selama ini kubiarkan berlalu begitu saja. Aku tersadar telah melewatkan
masa-masa indahku dalam cengkeraman kebodohan yang kubuat sendiri. Dari
situ aku belajar untuk mulai membuka diri walau dengan tertatih-tatih
akhirnya aku bisa berkembang seperti layaknya teman seusiaku.
Aku
mulai mengikuti jejak kakakku untuk aktif mengikuti komunitas dari yang
terkecil, mulai dari karang taruna, remaja masjid, organisasi disekolah
dan dilanjut organisasi kemahasiswaan. Dan hal yang luar biasa progres
yang kudapatkan yaitu dulu aku orang yang pemalu dan susah bergaul
akhirnya bisa percaya diri memberikan presentasi demi presentasi
dikantor bahkan dengan berbekal pengalaman pribadi dan menghadiri berbagai seminar leadership maka
teman-teman mereferensikan untuk berdiri dari panggung ke panggung
dihadapan ratusan pasang mata untuk menjadi seorang motivator walau
belum sekelas Mario Teguh ataupun Tung Desem Waringin.
Maka
benar kata orang bijak bahwa sebenarnya musuh yang paling sulit untuk
dikalahkan adalah kebodohan dan ke-egoan diri sendiri. Jangan katakan
tidak bisa sebelum mencobanya, itu seperti yang kualami selama ini. Tapi
Alhamdulillah sungguh beruntung aku masih punya orang-orang terdekat
yang selalu mendukung untuk bisa mengalahkan kebodohanku sendiri.
Tulisan ini diikutkan di GA-nya mbak Enny Mamito dengan tajuk
waah.. mirip aku dulu,g pendiem, tp pemalu. hehehe krisis interaksi sosial deh.
ReplyDeletealhamdulillah, setelah kerja dapet amanah yg menuntut untuk banyak interaksi sma banyak org bahkan yg belum kenal sebelumnya. :D
Kalo gitu cerita kita hampir sama, malah saya lebih parah kali
Deleteoo, ada lagi tho GA nya? wah, baru tau damae,
ReplyDeleteNah loh...
Deleteayo ikutan juga..
gak nyangka kang insan masa kecilnya pendiem... :P
ReplyDeletesaya terkesan dengan figur ayahnya kang... #cool ^_^
sukses GAnya.. ikutan ahh.. hihiii...
Sekarang juga masih pendiem loh teh Anita
Deletemakasih kunjungannya
Cerita yg bertolak belakang sama diriku Kang. Kalau aku tidak bisa diam. :p◦°◦”̮◦°◦Нзнзнзнз◦°◦”̮◦°◦:p,
ReplyDeletekalau orang jawa bilang sukanya umek ae ya kang
Deleteyahhh saingan mkin bnyk niy :))))
ReplyDeletesukses untuk GAnya
semakin banyak saingan berarti semakin mengasah diri
DeleteKalo inget jaman saya kecil saya malu banget, karena tergolong anak yang aktip ampe saya pernah diceritain oleh ibu saya kalo waktu kecil saya pernah dibaw ke orang pinter karena dikira kesurupan/kemasukan. Ada2 aja...
ReplyDeletetapi tetep, masa-masa kecil dulu selalu ninggalin jejak yang sangaaat banyak....
Salam kenal dari Sophie Riswand :)
wah kok bisa begitu ya, kalo sekarang mungkin disebut hiperaktif ya mas
DeleteSalam kenal juga
Adek saya dulu juga pendiem, pemalu dan sakit2an. Tapi sekarang jadi tukang gambar di perusahaan kontraktor yang harus turun lapangan mengawasi para perkerja di lapangan. Kalau saya sedang2 saja kayaknya hehe.
ReplyDeleteMeskipun masa indah saat kecil terlewatkan, tapi sekarang dapat gantinya khan pak... Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain :)
Makanya ada pepatah Diam-diam menghanyutkan
Deletehebat ya mbak Tarry adiknya bisa mengalahkan diri sendiri
Alhamdulillah Aamiin... semoga bisa ttp bermanfaat
Membaca beberapa kisah tentang kakek Devon di MR dan MM, rasanya bisa melihat kebijakan sifatnya. Alhamdulillah ya mas Insan. Semoga ayahandanya mendapat tempat yang baik di sisi Allah.
ReplyDeleteSekarang memang masih jado diem, setuju itu :D
Kecuali kalau lagi bawa bom sama petasan.
Setuju mas Insan, musuh utama kita adalah diri sendiri. Tak perlu merasa orang lain atau keadaanlah yang menghambat kita, tapi diri kita sendirilah yang harus kita tundukkan.
Semoga menang lagi ya GA-nya.
Memang kakeknya Dev orang yang disegani karena ketegasan kedisiplinannya tapi tidak otoriter, mau mendengar dan bergaul dengan staffnya tanpa merasa rendah dan merendahkan
DeleteDirumah Ayah sebagai sosok yang hampir tidak pernah memarahi anak2nya dengan nada keras, biasanya nyamperin ke kamar anak dan berkomunikasi layaknya sahabat, dan itu yhg bisa membuat kami anaknya menangis...
Terimakasih mbak atas doanya..
Kalau mas kecilku malah enak sob. Kebanyakan main, tapi sering berantem juga. Kalau sekarang malah pemalu he he he
ReplyDeletewalah kebalikan, tapi masa iya kecilnya jagoan gedenya pemalu.. hihihi
Deletekalau sekarang masih pemalu juga kah mas:)
ReplyDeleteSekarang malu-maluin mbak
Deletehm..mirip benar dengan masa kecil, pemalu, pendiam, peragu dan minderan.....wuaaah......kondisi dulu yang sedikit membekas sampai kini.....
ReplyDeleteTapi sekarang tidak lagi kan ?
DeleteTulisan-tulisan yang seperti ini selalu enak dan nyaman untuk dibaca (y)
ReplyDeleteKayak aku dong waktu dulu masih kecil pendiem banget udah gitu pemalu ..
ReplyDelete