Friday, March 8, 2013

Tidak Punya Unggah-Ungguh


Alhamdulillah akhirnya bisa juga ikutan GAnya Niar yang imut lincah dan manis, Memang sempat memutar otak untuk ikut GA ini.

Berbicara masalah bahasa daerah aku punya pengalaman menarik sekaligus memalukan yang tidak akan pernah aku lupakan sampai sekarang tapi dari situ membuka kesadaranku betapa pentingnya belajar bahasa daerah atau tepatnya bahasa jawa dengan baik dan benar (karena aku tinggal di Surabaya bagian dari pulau Jawa belahan timur).

Suatu hari ketika masih SMA, rame-rame bersama teman aku jalan-jalan ke Jogja  yang notabene masyarakat dikota itu kulturnya lebih halus dalam sikap atau bertutur kata jika dibanding dengan masyarakat Surabaya pada umumnya. Aku ke Jogja dalam rangka melihat acara sekatenan, otomatis ada keramaian di sekitar keraton Jogja. Setelah beberapa lama jalan-jalan ternyata rasa haus dan lapar mulai menghampiri dan perutpun mulai teriak-teriak minta diisi.


Kamipun sepakat mencari makan murah meriah yang penting kenyang, maklum aja untuk anak-anak SMA yang tidak banyak duit yang penting bisa mengenyangkan perut. Sesampai di sebuah warung kecil tanapa buang-buang waktu langsung nyamperin ibu penjual makanan.

“Bu, sego campur loro karo sego rawon loro terus es teh papat.
Si Ibu penjual tadi kaget mendengarkannya ucapanku sepontan nanya ke saya
“Sampeyan ini sangking pundi tho ?”
“Suroboyo !! ono opo bu” jawab kami hampir serempak
“Oh…., Kok ora nduwe unggah ungguh karo wong luweh tuo”
Gubraaaaksss!! @#$%!  mendadak muka kami jadi merah padam menahan malu, makan rasanya tidak konsentrasi lagi entah rasa makananya seperti apa sudah tidak terpikirkan, pengennya langsung kabuuurr sambil nutup muka

Dari pengalaman itu aku sadar bahwa belajar bahasa itu penting dalam hal ini bahasa Jawa, agar tidak terjadi kesalah pahaman seperti dulu, mungkin beda di Surabaya beda juga di Jogja karena kultur dan karakter masyarakat keduanya berbeda.


Kuceritakan pengalaman ini pada ibuku, sambil tersenyum ibu berkata “mangkane le, ojo ngremehne boso Jowo, boso Jowo iku ono telung macem yoiku kromo ngoko, kromo madya lan kromo  inggil”
“Cara pemakaiannya beda-beda, jadi tidak salah jika dibilang tidak punya unggah-ungguh” ledek ibuku sambil meninggalkanku yang lagi bengong.

Tapi tak urung ibuku juga yang ngajari menerapkan kromo ngoko, kromo madya dan kromo inggil dengan benar. Dan buah kesabarannya alhamdulillah aku bisa berbahasa Jawa dengan baik walau tidak sepandai para sesepuh dulu. Jadi intinya jangan pernah merasa malu mempergunakan bahasa daerah karena bahasa daerah mengandung filosofi yang tinggi dalam kehidupan.



"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"




Artikel Media Macarita Sejenis

Categories: ,

9 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. nuwun sewu buka segel komen dulu ah.. #biar punya unggah ungguh hahaha

    ReplyDelete
  2. kulo komen setunggal maleh inggih Cak.. mugi-mugi artikel njenengan berjaya di angkasa haha

    ReplyDelete
  3. kulo nambah maleh komen inggih Cak hahaha

    ReplyDelete
  4. walaah... bisane ngenyek aku... jebule podho ae...

    ReplyDelete
    Replies
    1. serupa tapi tak sama...
      sing penting sekarang kan bisa kromo inggil

      Delete
  5. unggah ungguh sekarang sudah melebur ya mas insan???miris
    tp meski saya sdh jauh di Batam tp ttp stempel Jawanya msh bertahan trmsuk unggah ungguhnya hehehe

    ReplyDelete