Tuesday, July 2, 2013

Masih Ada Jalan Lain

Mungkin sudah bawaan dari lahir darah seni yang mengalir dari eyang kakungku mendorong naluriku untuk menjadi pelukis sangat kuat. Kegemaran masa kecilku menghabiskan berlembar kertas untuk menggambar apapun yang terlintas dibenakku bahkan tembokpun tidak luput jadi sasaran. Apalagi kalau main di halaman rumah maka lentik jemari kecilku menari-nari diatas tanah kering hingga sehalaman penuh. Puas rasanya bila bisa mengeluarkan lintasan-lintasan dipikiranku dalam bentuk gambar.

Beranjak remaja ibu mulai membelikanku satu set kanvas dan cat warna. Rupanya ibu mulai jengah dengan tangan usilku yang suka mengotori tembok. Benar juga, setelahnya aku tidak lagi sembarangan corat-coret, setiap kesempatan kumanfaatkan untuk corat-coret di kanvas. Baik dan buruk hasilnya tidak masalah yang penting ada kepuasan bathin bisa menuangkan ide-ide yang gentayangan di otakku.

Lulus SMA aku berharap bisa masuk di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Kuliah di ISI Fakultas Seni Rupa adalah impianku dari kecil bahkan jauh-jauh hari sejak masih SMP aku sudah mencari info. Bisa mengembangkan minat dan bakat melukis sesuatu yang mengasyikkan bagiku. Aku benar-benar terobsesi ingin menjadi pelukis seperti Basuki Abdullah masuk pendidikan formal di ISI alternatif yang ingin kutempuh. Tetapi impianku hanya sebatas mimpi sulit untuk kugapai. Orang tua tidak mengizinkan kuliah di ISI dengan alasan klasik.

masih ada jalan lain yang bisa kulewati.

Sungguh tidak bisa diterima nalar, ibu bilang Yogyakarta jauh dari Surabaya, di Yogyakarta tidak ada siapa-siapa tidak ada saudara, ibu khawatir terjadi apa-apa denganku. Alasan yang dipaksakan, aku merasa bukan anak kecil yang selalu nempel di ketiaknya. Tetapi penilaian orang tua berbeda meskipun aku merasa dewasa tapi dimata orang tua tetaplah anak yang selalu dikhawatirkan. Itulah naluri seorang ibu.

Orang tua sepertinya tidak menginginkan aku jadi pelukis terutama ayahku, bukan masalah materi tapi bagi ayah pelukis identik dengan rambut gondrong, kaos oblong, jean belel, dan pola hidup kurang teratur. Maklum ayah termasuk type perfectionis melankolis, semuanya harus rapi dan tertata rapi. Aku memang tidak serapi ayah tetapi juga tidak suka yang asal-asalan. Jiwa seniku kuat tapi aku juga kurang suka dengan rambut gondrong apalagi jean belel yang sobek

Pelaku seni tidak harus identik seperti itu karena yang ingin kutunjukkan adalah sebuah karya bukan sekedar penampilan luar. Toh tidak diharamkan jika pelaku seni berpenampilan necis dengan kemeja rapi. Tapi orang tua bersikeras tidak mengizinkanku ke Yogya untuk meretas mimpi. Dengan menahan rasa sesak didada kuturuti kehendak orang tua.  Sebagai gantinya aku memilih fakultas hukum yang jauh dari matematika.

Tanpa ikut test di PTN aku langsung mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta, masih ingat paginya ikut test tapi malamnya malah begadang sama teman-teman, bisa dipastikan ketika mengerjakan test mata rasanya berat untuk dibuka, rasa kantuk yang sangat membuatku tidak bisa konsentrasi mengerjakan soal-soal test. Dasarnya memang sudah kurang sreg dihati lulus untung tidak luluspun tidak masalah. Aku benar-benar seperti orang bodoh yang hidup tanpa target.

Pengumuman kelulusan tiba, aku datang ke kampus tersebut. Lagi-lagi aku masih cuek tanpa target tanpa motivasi. Dengan rasa malas menuju papan pengumuman. Disana banyak calon mahasiswa berdesakan ingin mengetahui hasil testnya, kulihat ada yang tersenyum ada yang bersuka cita tapi tidak sedikit pula yang wajahnya cemberut karena tidak lulus. Kuperhatikan deretan nama-nama yang lulus di fakultas hukum. Tampak terpampang namaku lengkap dengan nomor test. Ah ternyata aku lulus, ekspresiku masih datar tanpa ekspresi gembira. Aku segera menuju ruangan untuk mengambil tanda kelulusan berikut syarat-syarat registrasi yang harus kepenuhi.

~oOo~

Seperangkat Komputer jadul pertama yang kubeli
Waktu terus berjalan aku sudah menginjak semester enam, kepalang basah masuk di fak hukum. Aku ikut nimbrung di komunitas pengacara, kebetulan kakaknya teman seorang pengacara bisa ikut nimbrung bersama sambil belajar mengenal dunia praktisi hukum. Acara kumpul-kumpul komunitas pengacara diadakan tiap rabu malam jam 19.00 WIB. Biarlah dibilang anak ingusan di komunitas, tidak masalah yang penting aku bisa mengambil pelajaran dipertemuan itu.

Dikomunitas itu aku bisa belajar bagaimana cara seniorku memecahkan permasalahan, berdiskusi bahkan terkadang terjadi perdebatan sengit. Makin lama aku nimbrung di komunitas itu, hatiku mengatakan bahwa disini bukan tempat cocok bagiku. Aku malas untuk berdebat semacam itu. Sebagai orang yang punya karakter dasar phleghmatis lebih suka dengan ketenangan, jiwa seni memaksaku kembali pada tinta dan kanvas yang bisa memberi kepuasan bathin

Sejauh-jauh bangau terbang akan hinggap juga dipematang, kemanapun aku berada tidak bisa lepas dari dunia seni. Jika aku tidak bisa melalui jalan yang satu masih ada jalan lain yang bisa kulewati. Aku tidak bisa seperti Basuki Abdullah tapi aku masih bisa berkarya dengan cara lain. Di era komputerisasi aku juga harus mengikuti perkembangan tehnologi, berbekal tabungan dan tambahan dari ayah aku membeli seperangkat komputer, mulailah hunting software tentang desain grafis dan buku-buku desain.

Bermodal semangat dan kemauan berkembang akupun mulai utak-atik komputer. Trial-error hal yang biasa, tanpa mencoba dan melakukan kesalahan tidak akan bisa berkembang, makin hari aku menemukan dunia yang pas. Aku terus mencoba dan alhamdulillah aku mulai akrab dengan program desain grafis. Inilah duniaku, dunia yang membuatku merasa nyaman dan dunia yang aku geluti sampai saat ini.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Tuppy, Buku dan Bipang
di www.argalitha.blogspot.com





Artikel Media Macarita Sejenis

Categories: ,

32 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. Banyak emang yang dunianya sekarang ngga ssuai dgn basic pendidikannya. Suamiku dulu kuliah di teknik informatika, sekarang jadi komikus. Sukses untuk GA nya.. dan selamat untuk pilhan hidupnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah begitulah kadang kenyataan hidup tdk sesuai dengan rencana...

      Terimakasih mbak Rahmi

      Delete
  2. yang penting menikmati profesi yg sekarang...tak selamajun ke bidangnya kita akan terjun ke bidang yg sama dengan jurusan saat kita kuliah:), sukses GA nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya.. selalu enjoy menikmati
      kan profesi sekarang tidak beda jauh dgn impian

      Delete
  3. Plegmathisnya tetep ditulis ya :)
    Memang kalau kita melakukan sesuatu bukan dengan hati kita, yang ada hanya menimbulkan keresahan. Sekalipun awalnya seperti terpaksa, kalau kemudian kita bisa mencintai pekerjaan kita, itu baik juga.
    Sukses selalu buat mas Budhi dan keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak
      tapi saya menikmati bidang saya sekarang, hanya beda medianya
      makasih

      Delete
  4. Subhanallah... Ternyata Kk insan ini berdarah seni ya :)

    betul sekali, betapa adilnya Allah... Dia menyediakan banyak pilihan untuk manusia dalam menjalani kehidupannya. Dengan pilihan yang sesuai dg fitrahnya dipastikan akan berkembang mencapai optimal. Selamat utk pilihannya, semoga terus berkembang mencapai sukses yang diharapkan. Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...
      terimakasih Liyan, insya Allah selalu menyukuri semua ketetapan dari-Nya

      Delete
  5. barusan aku juga lagi ngetik buat ikutan lomba hehe,,,, bang budi udah duluan :)
    MESKIPUN JADUL BISA BELI SYUKUR YA.
    aku boro2 beli, cuma bisa pinjem :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah dulu diberi rezeki untuk bisa membeli seperangkat kompi..

      Delete
  6. asal ada kemauan untuk belajar Insya Allah bisa ya, dulu bapakku gak pernah kuliah di komputer tapi pekerjaannya di dunia komputer . semoga sukses mas insan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Lidya bermodal kemauan saya berusaha belajar untuk bisa

      Delete
  7. Panggilan hati memang tak bisa dibohongi ya mas. Akan terus memanggil2 sampai ia dipenuhi. Jadi tahu sebagian kecil lagi cerita hidup mas Insan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah mbak, seperti kemauan menulisnya mbak Niar yang tdk bisa dibendung

      Delete
  8. cita-cita sering berubah sesuai keinginan hati. Tapi akhirnya akan menemukan apa yang pas di hati. Enak kan bermain desain grafis. Dunia para seniman sejati. Trial and error juga sering ane lakukan. Ada kenikmatan sendiri disana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Desain grafis bener2 membuat enjoy, bisa menciptakan karya2 yang memuaskan bathin selain materi tentunya...

      Delete
  9. pekerjaan ga harus sesuai dengan pendidikannya... semua udah ada yang ngatur..

    ReplyDelete
  10. Yang penting do what you love and love what you do. Good luck buat GA-nya. :)

    ReplyDelete
  11. anak hukum jadi blogger yg doyan otak-atik kompi? how great!
    hihi

    terima kasih, sudah terdaftar ^^

    ReplyDelete
  12. kelihatan sekali memang kalau mas tidak minat dengan hukum, sama sekali tidak,

    sekrang kalau belajar yang berhubungan dnegan aplikasi komputer, bisa dipelajari diluar dari pelajaran formal bahkan bisa otodidak.

    jadi dimana saya bisa lihat karya-karyanya nih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. dibilang tidak berminat sih tidak juga, karena setiap sisi kehidupan selalu berhubungan dgn hukum, hanya enggan untuk berdebat yg membuat situasi yg hitam dan putih menjadi abu2

      karya saya ? liahat dirumah aja mas

      Delete
  13. akhirya bertemu juga dg dunianya :)

    ReplyDelete
  14. ada banyak pilihan dalam hidup ya mas tp memang yg memberikan 'kenyamanan' kita menggelutinya adalah pilihan yg tepat walo mgkn bukan awal keinginan kita ;)
    sukses GAnya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sangat indah bila melakukan sesuatu didasari rasa cinta dan mencintai..

      makasih Mbak Enny

      Delete
  15. pelaku seni, itulah dillema yang juga kihadapi dengan anak'ku yang perempuan - ternyata dia suka musik semenetara dukungan dana dan motivasi keluarga masih rendah.... ya bermodal semangat kuberikan sesuatu yang terbaik bagi kesenangannya bermusik...

    ReplyDelete
  16. Insya Allah...ada jalan...#Maherzain mode on
    sukses ya mas...

    ReplyDelete
  17. terkadang mimpi memang harus dicapai melalui jalan lain yang sudah ditentukan oleh-NYA, kita hanya mengubah arah kemudi sesuai dengan kata nurani....,
    selamat berlomba semoga menjadi salah satu yang terbaik...salam :-)

    ReplyDelete
  18. sama!
    dulu ngebet banget saya masuk bahasa pas sma, eh gak direstui

    tapi akhirnya tetep bisa dilingkup bahasa (ngeblog dan baca2 karya sastra) >,<

    ReplyDelete