Friday, June 22, 2012

Misteri Rumah Tua


Hujan turun sangat lebat kilat menyambar-nyambar suara petirpun menggelegar bersaut-sautan, membuat suasana malam kian mencekam. Kulihat jam tangan sudah pukul setengah sepuluh malam, aku  masih berteduh di sebuah warung kecil, warung ini sepertinya lama tidak ditempati lagi. Dari keremangan cahaya lampu jalan terlihat kondisinya  tidak terawat lagi atapnyapun sudah banyak yang bolong, rumput-rumput liar sudah tumbuh di halaman. 

Kulemparkan pandanganku kesekeliling lokasi aku berdiri. Oh di belakang warung itu ternyata ada rumah tua yang gelap dengan kondisi lebih berantakan lagi. Bulu kudukku mulai berdiri ketika melihat rumah tua itu, jangan-jangan ini tempat...!. Aah..! kutepis lintasan-lintasan yang ada dipikiranku. Suasana makin sepi tak satupun orang yang melintas di jalan ini. Tiba-tiba ada lelaki tua menghampiriku, entah dari mana datangnya tapi kedatangannya yang tiba-tiba membuat jantungku hampir copot. Bajunya basah kuyup, nampak dia sangat kedinginan

"Maaf ya nak, bapak ikut berteduh disini juga ya" sapa bapak tua itu ramah.

"Oh silakan Pak, saya juga berteduh disini, wah kebetulan sekali ada teman ngobrol"  jawabku tidak kalah ramah

Kulepas jaketku dan kutawarkan padanya. Bapak itu pasti kedinginan terguyur air hujan apalagi dimalam hari. Kutaksir laki-laki itu berumur antara 50 - 60 tahunan. Setelah berkenalan kutahu bapak itu namanya Pak Dipo.

"Ini Pak silakan dipakai jaket saya" Aku menyodorkan jaket.

"Terimakasih nak, bapak sudah terbiasa kok dengan dinginnya malam begini".

Aku hanya tersenyum melihat Pak Dipo ini, walau sudah tua tampak masih sehat.

"Dari mana tadi Pak, malam-malam begini pergi sendirian?" aku membuka obrolan.

"Oh dari nengokin teman lama nak"  jawab Pak Dipo kalem

"Sampeyan sendiri dari mana dan mau kemana?" Pak Dipo balik bertanya padaku.

"Hmm, dari kampus Pak, tadi mau pulang tapi keburu hujan karena bawa buku takut basah nanti" aku menjelaskan padanya.

"Hati-hati ya nak, disini sering terjadi peristiwa yang menyeramkan, sering ada kejadian yang aneh-aneh" Pak Dipo itu bercerita dengan mimik serius.

"Aneh-aneh yang gimana toh Pak ?" mendadak perasaanku jadi tidak enak.

"Hmm" Pak Dipo mengernyitkan dahinya seperti sedang mengingat sesuatu, kemudian menoleh ke arah rumah kosong sambil berkata

"Disitu, dirumah itu sering terjadi sesuatu yang aneh, ada suara wanita merintih minta tolong"

"Apa yang terjadi dengan rumah itu Pak ?" rasa penasaran membuatku ingin tahu.

Pak Dipo menatapku tajam, membuat hatiku berdegub kian kencang

Pict from google
"Dulu rumah itu dihuni sepasang suami istri serta satu anak gadisnya berumur belasan tahun dan warung ini banyak pelanggannya, selain masakannya yang lezat mereka berdua sangat ramah dalam melayani pembelinya. Sampai suatu ketika datanglah beberapa kawanan pemuda yang lagi mabok datang dan bikin ribut di warung ini, si pemilik warung mencoba menasehati para pemuda tadi justru mereka salah paham dan menjadi kalap. Pemilik warung dihajarnya beramai-ramai, melihat ayahnya di jadikan bulan-bulanan maka ibu dan anak gadisnya menangis histeris sambil memaki.

Kawanan pemuda tadi bukannya kasihan malah makin beringas mereka menyeret dua wanita tersebut masuk ke dalam rumah dan dengan rame-rame memperkosanya. Merasa harga dirinya diusik dengan sisa tenaga yang ada sang ayah melakukan perlawanan, tak hayal terjadilah perkelahian hebat. Tapi karena jumlah pemuda lebih banyak dan lebih kuat maka sang ayahpun tersungkur dengan bersimbah darah dalam keadaan sekarat tertusuk belati. Setelah puas melampiaskan nafsu biadabnya, kedua wanita tersebut dibunuhnya dengan sadis",  Pak Dipo menceritakan peristiwa rumah tua itu kepadaku dengan mimik sedih.

"Dan setiap malam Jum'at Kliwon disini sering membawa korban, kalau tidak hilang ya ada orang akan kesurupan bahkan tidak sedikit yang gila. Konon ceritanya sang penghuni rumah itu hendak membalas dendam" lanjut Pak Dipo masih dengan wajah sedih

"Pak Dipo sendiri tinggalnya dimana ?" 

Pak Dipo terdiam sejenak seperti ada yang dipikirkan.

            "Pak Dipo sendiri tinggalnya dimana ?" kuulangi pertanyaanku.

"Bapak tinggal di rumah itu nak" jawabnya sambil menunjuk ke rumah kosong tersebut.

Seperti terhipnotis aku mengikuti arah yang ditunjukinya. Dan...Jlebb...!. Pak Dipo langsung hilang dari pandanganku ketika aku kembali menoleh ke arahnya.

Hah..! jadi...., aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku, mendadak tubuhku merinding hebat. Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhku padahal malam cukup dingin. Aku ingat kata-kata Pak Dipo tadi kalau malam jum'at kliwon selalu ada korban, aku ingat kalau ini malam jum'at, tapi benarkah ini malam jum'at kliwon.

Dan lamat-lamat suara rintihan seorang wanita kudengar diantara gemercik suara air hujan, kakiku rasanya gemetar keringat dingin makin tak terbendung ingin beranjak pergi tapi tidak ada kemampuan. Kucoba menenangkan pikiran, dengan sekuat kemampuan aku melangkah menuju motor yang kuparkir di bawah pohon akasia ditepi trotoar.

"Ah Sial" gumanku dalam hati ketika mendadak motorku tidak bisa di starter. Kuperiksa kabel busi masih menancap seperti biasa, kalau bensin habis tidak mungkin tadi siang sudah kuisi separo.

Kucoba beberapa kali menstarter motor tapi mesin tak juga mau menyala. Kali ini aku benar-benar panik. Sementara dari balik rumah tua itu suara tangis dan rintihan semakin jelas terdengar, kudorong kuat-kuat motorku tapi entah kenapa tak sejengkalpun mau bergerak dari tempat itu. Hujanpun belum ada tanda-tanda akan berhenti, aku masih berusaha mendorong motorku sekuatnya, tapi sia-sia. Dan dalam sekejab semua berubah menjadi gelap dan tubuhku bagai melayang ringan. Aku tak ingat apa-apa lagi yang terjadi.

Aku tersentak kaget ketika tersadar dan sudah berada di ruangan yang besar tapi kosong. Sekilas seperti sebuah kerajaan kecil penuh gambar relief-relief di dindingnya, ruangannya hanya diterangi beberapa obor kecil, membuat suasana semakin menyeramkan. Aku masih berdiri terpaku memperhatikan detail ruangan sekitarku.

           "Dimanakah ini" aku mulai resah hatikupun bertanya-tanya, seumur hidup belum pernah ku jumpai ruangan seperti ini.

Tak lama muncul sosok laki-laki yang pernah ku kenal sebelumnya.

"Pak Dipo...!" bibirku spontan menyebut namanya.

"Hahahahaha..." Pak Dipo tertawa lebar ketika melihatku terbengong-bengong

Dibelakang Pak Dipo muncul dua orang wanita, wanita setengah baya dan gadis belia.

"Mengapa aku ada disini Pak ?" aku masih bingung

"Karena engkau telah datang di warung itu maka kamu akan menjadi keluarga disini. Siapapun pemuda yang datang bertepatan malam jum’at kliwon maka dia harus menjadi tumbal harus menjadi suami bagi anakku." ucap pak Dipo lantang

"Tidak mungkin...!, tidak mungkin ini kulakukan, kita berada di alam yang berbeda". Sergahku agak keras.

"Aku sudah bersumpah, tidak ada yang bisa menghalangi sumpahku, sumpahku harus terpenuhi". ucap Pak Dipo penuh kesombongan.

“Tidak!, aku tidak akan melakukan itu, apapun yang terjadi” teriaku menantang.

Ternyata kata-kataku memancing kemarahan Pak Dipo.

“Kamu tidak akan bisa lolos dariku anak muda.  hahahahaha..!” Pak Dipo tertawa seraya menggertakku"

”Tidak ada yang bisa mengalahkan Tuhanku".  Aku balik menggertaknya
"Audzubillahi minassyaithonirrajim" kubaca Ta'awudz sekeras-kerasnya

Mendengar Lafadz Ta'awudz yang kuteriakkan, mendadak Pak Dipo dan dua wanita itu berubah wujud, menjadi makhluk yang paling jelek dari yang pernah kulihat sebelumnya. Wajahnya hitam tersayat-sayat, matanya merah melotot, rambutnya gimbal tidak beraturan, bulu-bulu memenuhi sekujur tubuhnya dan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Sulit menggambarkan wujud secara keseluruhan, kemudian tangannya mengeluarkan kuku panjang yang siap mencabik-cabik tubuhku.

Aku berlari sekuat tenagaku, mengikuti lorong-lorong yang belum kuketahui kemana arahnya. Kudengar suara tertawa makhluk itu mengejar dibelakangku, aku terus berlari, jatuh bangun aku melewati lorong-lorong yang tanpa penerangan. Sungguh jika bukan kemauan keras dan tekadku untuk bisa lolos dari jeratan sang makhluk asral itu tentu aku tidak senekad ini.

Aku masih terus berlari, tak jelas kemana arahnya, dikejauhan ada secercah cahaya, kuberlari menuju datangnya cahaya.  Ah,.. ternyata disana sudah siap menungguku seekor harimau putih dan seekor ular merah wujudnyapun tidak seperti harimau dan ular yang pernah kulihat di alam nyata, lebih jelek dan menjijikkan ditambah dengan air liur yang menetes dari gerahamnya yang tajam. Keduanya siap menerkam dan melumat tubuhku. Dua hewan yang lapar itu meraung dan mendesis semakin dekat, antara takut, jijik dan geram kubaca apa saja sebisaku. Harimau sudah didepanku siap menerkamku, tiba-tiba terdengar suara ”Hentikan

Teriakan Pak Dipo menghentikan langkah dua hewan tadi.
“Hahahahaha…!” lagi-lagi Pak Dipo tertawa lebar penuh kemenangan.
“Wahai Anak Muda, mau kemana lagi dirimu, kamu tidak akan bisa lolos dariku” Pak Dipo semakin sombong penuh kemenangan.

Aku berusaha menenangkan pikiran sambil memutar otak, bagaimana supaya lolos dari tempat laknat ini. Kuperhatikan sekeliling ruangan ini tampak didepan ada ruang kosong yang berpintu, aku tidak tau apa itu pintu keluar atau bukan tapi setidak-tidaknya bisa terbebas dari terkaman hewan jadi-jadian ini. Diam-diam kuatur strategi, bagaimana caranya agar bisa lari masuk ruangan itu dan menguncinya rapat-rapat.

“Aku tidak pernah berurusan dengan kalian semua, aku datang di tempat warung itu bukan berniat mengusik kalian, mengapa kalian tega memperlakukanku seperti ini..?” ucapku seolah tidak gentar sambil menggeserkan kakiku sedikit demi sedikit mendekat ke pintu.

“Kalian sayang dengan anakmu dan membela mati-matian dari pengganggunya tapi tidakkah kalian menyadari cara kalian ini telah membuat orang tuaku menjadi kehilangan anak tunggalnya, tidakkah kalian berpikir itu membuat orang tuaku sedih” lanjutku dengan suara lantang sambil berusaha lebih dekat lagi ke pintu itu. 

“Hahahahaha....”

"Aku tidak perduli dengan semua ocehanmu anak muda" bentak Pak       Dipo

         "Akupun tidak perduli dengan kalian semua, kalian pengecut" hujatku tidak kalah kerasnya

Ternyata kata-kataku tadi makin membuat berang Pak Dipo, dengan pandangan nanar memerah dia menatapku tajam penuh amarah dan kebencian. Ketika dia siap-siap menyerang maka secepat kilat aku berlari menuju kesebuah ruangan serta mengunci rapat-rapat pintunya,  ternyata ruangan ini hanyalah ruangan yang kosong dan buntu.


            "Ah dimana aku ini, matilah aku" aku menyerah pasrah.

Sementara dari luar terdengar ada yang mengetok-ketok pintu, makin lama makin keras.
"Pergi... pergilah...!, enyahlah dari hidupku" aku berteriak histeris.

Semakin aku berteriak semakin keras suara menggedor-gedor pintu.  

"Ayo Wisnu cepat bangun!, Waktu subuh keburu habis nanti". Suara itu tidak asing ditelingaku. Aku tersentak kaget hingga membuatku terbangun, setelah mataku terbuka baru tersadar itu suara ibuku.

            "Iya bu Wisnu sudah bangun"  sahutku sambil membuka pintu kamar.

         "Kenapa tadi berteriak-teriak Wisnu ? sepertinya kamu mimpi buruk nak, ayo baca istighfar dulu terus ambil air wudhu'" kata ibu memperingatkanku.

       "Astaghfirullahaladzim" kubaca istighfar berulang-ulang. Ternyata aku tadi hanya mimpi, buru-buru aku menuju kebelakang untuk mengambil air wudhu serta sholat shubuh.

Alhamdulillah aku dilindungi Allah Ta'ala.


Artikel Media Macarita Sejenis

Categories:

30 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. Slameet....slameett.... cuma ngimpiii...! Save by mom voice...

    ReplyDelete
    Replies
    1. [im]https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSOuOPexZMRtPusF2nGG3lUXtlmF6382ZqfJwsXF9zf8NBKVLn2[/im]

      Delete
  2. mimpi toh ternyata..... pembaca kecewa... padahal aku berharap sebuah cerita misteri... hehe...
    keren ceritanya mas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. [im]http://2.bp.blogspot.com/_AkwthPlTJX8/TBTMoKdj6EI/AAAAAAAAAFw/XEt_4s2EiuY/s320/face.gif[/im]

      sekali kali boleh dong bikin pembaca kecewa...

      Delete
  3. Sama kayak kak Al ... pinginnya ini bukan mimpi. Kalo bukan mimpi kira2 endingnya gimana yah :D
    Btw, ceritanya keren, ayah Devon ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu dia mbak Niar yg bikin bingung..., maklum newbie.

      jiah.. tulisan saldi dibilang keren

      Delete
  4. wal cerita sampai dialog pak Dipo tiba2 menghilang lumayan bisa membuat imajinasi saya hidup.... cerpennya lumayan jg kang... salut.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehe... tulisan edisi iseng, biar gak hiatus kang..

      Delete
  5. ciyee...makin gencot nih buat ceritanya kak...saluuttt dah, keep writing^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihihi... kan kata Uty apa yang ada di lintasan2 pikiran hrs segera ditulis, ya ini deh jadinya... sejadi2nya

      Delete
  6. pembaca kecewa...ternyata hanya mimpi huhuhuhu...
    tapi tetep asik buat dibaca. oke, lanjutkan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe... jangan kecewa ah, tenang untuk pengobat kecewa nanti dikenalin sama keluarga Pak Dipo

      Delete
  7. Mimpiii.. Jangan-jangan ini cerpennya juga mimpi. *hoaaam* Baru bangun tidur.
    Sik asik. Kayaknya Mas Mridwan ada saingan bikin cerita fiksi nih. Haha. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, jangan disamain aku dengan kang Ridwan dong, jauuuhhh

      Delete
  8. Mimpi yang menegangkan... ha ha ha
    Kenapa yah terkadang saat mimpi dikejar sesuatu selalu saja kaki serasa kaku untuk melangkah? Lanjutkaaan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm... nah itu yg aku gak tau, karena perasaan takut kali

      Delete
  9. Nice ending. Twist dan bombnya dapet. Itu aja ya :)

    ReplyDelete
  10. Ceritanya kurang panjang kang Insan (:
    selamat membuar cerita lagi.. saya tunggu..
    eia, sudah di follow ya blog yang ini..
    assalamu'alaykum

    ReplyDelete
    Replies
    1. wa'alaykumsalam...
      makasih Fita..., kalau di panjangin kuatir yang bacanya boring dan bosen..

      Delete
  11. ternyata cuma mimpi -__- hadehh

    ReplyDelete
  12. dibaca tengah malam sendirian,, mantap nih,hehehe

    Kunjungan blogwalking.
    Sukses selalu..
    kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"

    Salam Bahagia

    ReplyDelete
  13. tepat banget bacanya malem jum'at. hadeeeeeh -_-"
    untuuuuung cm mimpi. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo bukan mimpi pasti gak bisa nulis blog lagi..., dah jadi menantunya pak Dipo... hihihihi

      Delete
  14. alhamdulillah ternyata cuma mimpi

    ReplyDelete
  15. Kereeeeeeeeeeeennnnn ceritanya :D

    ReplyDelete