Hujan
turun sangat lebat kilat menyambar-nyambar suara petirpun menggelegar
bersaut-sautan, membuat suasana malam kian mencekam. Kulihat jam tangan sudah
pukul setengah sepuluh malam, aku masih berteduh di sebuah warung kecil,
warung ini sepertinya lama tidak ditempati lagi. Dari keremangan cahaya lampu
jalan terlihat kondisinya tidak terawat lagi atapnyapun sudah banyak yang
bolong, rumput-rumput liar sudah tumbuh di halaman.
Kulemparkan pandanganku kesekeliling lokasi aku berdiri. Oh di belakang warung itu ternyata ada rumah tua yang gelap dengan kondisi lebih berantakan lagi. Bulu kudukku mulai berdiri ketika melihat rumah tua itu, jangan-jangan ini tempat...!. Aah..! kutepis lintasan-lintasan yang ada dipikiranku. Suasana makin sepi tak satupun orang yang melintas di jalan ini. Tiba-tiba ada lelaki tua menghampiriku, entah dari mana datangnya tapi kedatangannya yang tiba-tiba membuat jantungku hampir copot. Bajunya basah kuyup, nampak dia sangat kedinginan
Kulemparkan pandanganku kesekeliling lokasi aku berdiri. Oh di belakang warung itu ternyata ada rumah tua yang gelap dengan kondisi lebih berantakan lagi. Bulu kudukku mulai berdiri ketika melihat rumah tua itu, jangan-jangan ini tempat...!. Aah..! kutepis lintasan-lintasan yang ada dipikiranku. Suasana makin sepi tak satupun orang yang melintas di jalan ini. Tiba-tiba ada lelaki tua menghampiriku, entah dari mana datangnya tapi kedatangannya yang tiba-tiba membuat jantungku hampir copot. Bajunya basah kuyup, nampak dia sangat kedinginan
"Maaf ya nak, bapak ikut berteduh disini juga
ya" sapa bapak tua itu ramah.
"Oh silakan Pak, saya juga berteduh disini,
wah kebetulan sekali ada teman ngobrol" jawabku tidak kalah ramah
Kulepas
jaketku dan kutawarkan padanya. Bapak itu pasti kedinginan terguyur air hujan
apalagi dimalam hari. Kutaksir laki-laki itu berumur antara 50 - 60 tahunan.
Setelah berkenalan kutahu bapak itu namanya Pak Dipo.
"Ini Pak silakan dipakai jaket saya" Aku
menyodorkan jaket.
"Terimakasih nak, bapak sudah terbiasa kok
dengan dinginnya malam begini".
Aku
hanya tersenyum melihat Pak Dipo ini, walau sudah tua tampak masih sehat.
"Dari mana tadi Pak, malam-malam begini pergi
sendirian?" aku membuka obrolan.
"Oh dari nengokin teman lama nak"
jawab Pak Dipo kalem
"Sampeyan sendiri dari mana dan mau
kemana?" Pak Dipo balik bertanya padaku.
"Hmm, dari kampus Pak, tadi mau pulang tapi
keburu hujan karena bawa buku takut basah nanti" aku menjelaskan padanya.
"Hati-hati ya nak, disini sering terjadi
peristiwa yang menyeramkan, sering ada kejadian yang aneh-aneh" Pak Dipo
itu bercerita dengan mimik serius.
"Aneh-aneh yang gimana toh Pak ?"
mendadak perasaanku jadi tidak enak.
"Hmm" Pak Dipo mengernyitkan dahinya
seperti sedang mengingat sesuatu, kemudian menoleh ke arah rumah kosong sambil
berkata
"Disitu, dirumah itu sering terjadi sesuatu
yang aneh, ada suara wanita merintih minta tolong"
"Apa yang terjadi dengan rumah itu Pak ?"
rasa penasaran membuatku ingin tahu.
Pak
Dipo menatapku tajam, membuat hatiku berdegub kian kencang
Pict from google |
"Dulu rumah itu dihuni sepasang suami istri
serta satu anak gadisnya berumur belasan tahun dan warung ini banyak
pelanggannya, selain masakannya yang lezat mereka berdua sangat ramah dalam
melayani pembelinya. Sampai suatu ketika datanglah beberapa kawanan pemuda yang
lagi mabok datang dan bikin ribut di warung ini, si pemilik warung mencoba
menasehati para pemuda tadi justru mereka salah paham dan menjadi kalap.
Pemilik warung dihajarnya beramai-ramai, melihat ayahnya di jadikan
bulan-bulanan maka ibu dan anak gadisnya menangis histeris sambil memaki.
Kawanan pemuda tadi bukannya kasihan malah makin beringas mereka menyeret dua wanita tersebut masuk ke dalam rumah dan dengan rame-rame memperkosanya. Merasa harga dirinya diusik dengan sisa tenaga yang ada sang ayah melakukan perlawanan, tak hayal terjadilah perkelahian hebat. Tapi karena jumlah pemuda lebih banyak dan lebih kuat maka sang ayahpun tersungkur dengan bersimbah darah dalam keadaan sekarat tertusuk belati. Setelah puas melampiaskan nafsu biadabnya, kedua wanita tersebut dibunuhnya dengan sadis", Pak Dipo menceritakan peristiwa rumah tua itu kepadaku dengan mimik sedih.
Kawanan pemuda tadi bukannya kasihan malah makin beringas mereka menyeret dua wanita tersebut masuk ke dalam rumah dan dengan rame-rame memperkosanya. Merasa harga dirinya diusik dengan sisa tenaga yang ada sang ayah melakukan perlawanan, tak hayal terjadilah perkelahian hebat. Tapi karena jumlah pemuda lebih banyak dan lebih kuat maka sang ayahpun tersungkur dengan bersimbah darah dalam keadaan sekarat tertusuk belati. Setelah puas melampiaskan nafsu biadabnya, kedua wanita tersebut dibunuhnya dengan sadis", Pak Dipo menceritakan peristiwa rumah tua itu kepadaku dengan mimik sedih.
"Dan setiap malam Jum'at Kliwon disini sering
membawa korban, kalau tidak hilang ya ada orang akan kesurupan bahkan tidak
sedikit yang gila. Konon ceritanya sang penghuni rumah itu hendak membalas
dendam" lanjut Pak Dipo masih dengan wajah sedih
"Pak Dipo sendiri tinggalnya dimana
?"
Pak
Dipo terdiam sejenak seperti ada yang dipikirkan.
"Pak Dipo sendiri tinggalnya dimana ?" kuulangi pertanyaanku.
"Pak Dipo sendiri tinggalnya dimana ?" kuulangi pertanyaanku.
"Bapak tinggal di rumah itu nak" jawabnya
sambil menunjuk ke rumah kosong tersebut.
Seperti
terhipnotis aku mengikuti arah yang ditunjukinya. Dan...Jlebb...!. Pak Dipo
langsung hilang dari pandanganku ketika aku kembali menoleh ke arahnya.
Hah..!
jadi...., aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku, mendadak tubuhku merinding
hebat. Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhku padahal malam cukup
dingin. Aku ingat kata-kata Pak Dipo tadi kalau malam jum'at kliwon selalu ada
korban, aku ingat kalau ini malam jum'at, tapi benarkah ini malam jum'at
kliwon.
Dan
lamat-lamat suara rintihan seorang wanita kudengar diantara gemercik suara air
hujan, kakiku rasanya gemetar keringat dingin makin tak terbendung ingin
beranjak pergi tapi tidak ada kemampuan. Kucoba menenangkan pikiran, dengan
sekuat kemampuan aku melangkah menuju motor yang kuparkir di bawah pohon akasia
ditepi trotoar.
"Ah Sial" gumanku dalam hati ketika
mendadak motorku tidak bisa di starter. Kuperiksa kabel busi masih menancap
seperti biasa, kalau bensin habis tidak mungkin tadi siang sudah kuisi separo.
Kucoba
beberapa kali menstarter motor tapi mesin tak juga mau menyala. Kali ini aku
benar-benar panik. Sementara dari balik rumah tua itu suara tangis dan rintihan
semakin jelas terdengar, kudorong kuat-kuat motorku tapi entah kenapa tak
sejengkalpun mau bergerak dari tempat itu. Hujanpun belum ada tanda-tanda akan
berhenti, aku masih berusaha mendorong motorku sekuatnya, tapi sia-sia. Dan
dalam sekejab semua berubah menjadi gelap dan tubuhku bagai melayang ringan.
Aku tak ingat apa-apa lagi yang terjadi.
Aku
tersentak kaget ketika tersadar dan sudah berada di ruangan yang besar tapi
kosong. Sekilas seperti sebuah kerajaan kecil penuh gambar relief-relief di
dindingnya, ruangannya hanya diterangi beberapa obor kecil, membuat suasana
semakin menyeramkan. Aku masih berdiri terpaku memperhatikan detail ruangan
sekitarku.
"Dimanakah ini" aku mulai resah hatikupun bertanya-tanya, seumur hidup belum pernah ku jumpai ruangan seperti ini.
Tak lama muncul sosok laki-laki yang pernah ku kenal sebelumnya.
"Dimanakah ini" aku mulai resah hatikupun bertanya-tanya, seumur hidup belum pernah ku jumpai ruangan seperti ini.
Tak lama muncul sosok laki-laki yang pernah ku kenal sebelumnya.
"Pak Dipo...!" bibirku spontan menyebut
namanya.
"Hahahahaha..." Pak Dipo tertawa lebar
ketika melihatku terbengong-bengong
Dibelakang
Pak Dipo muncul dua orang wanita, wanita setengah baya dan gadis belia.
"Mengapa aku ada disini Pak ?" aku masih
bingung
"Karena engkau telah datang di warung itu maka
kamu akan menjadi keluarga disini. Siapapun pemuda yang datang bertepatan malam
jum’at kliwon maka dia harus menjadi tumbal harus menjadi suami bagi
anakku." ucap pak Dipo lantang
"Tidak mungkin...!, tidak mungkin ini
kulakukan, kita berada di alam yang berbeda". Sergahku agak keras.
"Aku sudah bersumpah, tidak ada yang bisa
menghalangi sumpahku, sumpahku harus terpenuhi". ucap Pak Dipo penuh
kesombongan.
“Tidak!, aku tidak akan melakukan itu, apapun yang
terjadi” teriaku menantang.
Ternyata
kata-kataku memancing kemarahan Pak Dipo.
“Kamu
tidak akan bisa lolos dariku anak muda. hahahahaha..!” Pak Dipo tertawa
seraya menggertakku"
”Tidak ada yang bisa mengalahkan Tuhanku". Aku balik menggertaknya
”Tidak ada yang bisa mengalahkan Tuhanku". Aku balik menggertaknya
"Audzubillahi minassyaithonirrajim" kubaca Ta'awudz sekeras-kerasnya
Mendengar
Lafadz Ta'awudz yang kuteriakkan, mendadak Pak Dipo dan dua wanita itu berubah
wujud, menjadi makhluk yang paling jelek dari yang pernah kulihat sebelumnya.
Wajahnya hitam tersayat-sayat, matanya merah melotot, rambutnya gimbal tidak
beraturan, bulu-bulu memenuhi sekujur tubuhnya dan mengeluarkan bau busuk yang
menyengat. Sulit menggambarkan wujud secara keseluruhan, kemudian tangannya
mengeluarkan kuku panjang yang siap mencabik-cabik tubuhku.
Aku
berlari sekuat tenagaku, mengikuti lorong-lorong yang belum kuketahui kemana
arahnya. Kudengar suara tertawa makhluk itu mengejar dibelakangku, aku terus
berlari, jatuh bangun aku melewati lorong-lorong yang tanpa penerangan. Sungguh
jika bukan kemauan keras dan tekadku untuk bisa lolos dari jeratan sang makhluk
asral itu tentu aku tidak senekad ini.
Aku
masih terus berlari, tak jelas kemana arahnya, dikejauhan ada secercah cahaya,
kuberlari menuju datangnya cahaya. Ah,.. ternyata disana sudah siap
menungguku seekor harimau putih dan seekor ular merah wujudnyapun tidak seperti
harimau dan ular yang pernah kulihat di alam nyata, lebih jelek dan menjijikkan
ditambah dengan air liur yang menetes dari gerahamnya yang tajam. Keduanya siap
menerkam dan melumat tubuhku. Dua hewan yang lapar itu meraung dan mendesis
semakin dekat, antara takut, jijik dan geram kubaca apa saja sebisaku. Harimau
sudah didepanku siap menerkamku, tiba-tiba terdengar suara ”Hentikan”
Teriakan Pak Dipo menghentikan langkah dua hewan
tadi.
“Hahahahaha…!” lagi-lagi Pak Dipo
tertawa lebar penuh kemenangan.
“Wahai Anak Muda, mau kemana lagi dirimu, kamu
tidak akan bisa lolos dariku” Pak Dipo semakin sombong penuh kemenangan.
Aku
berusaha menenangkan pikiran sambil memutar otak, bagaimana supaya lolos dari
tempat laknat ini. Kuperhatikan sekeliling ruangan ini tampak didepan ada ruang
kosong yang berpintu, aku tidak tau apa itu pintu keluar atau bukan tapi
setidak-tidaknya bisa terbebas dari terkaman hewan jadi-jadian ini. Diam-diam
kuatur strategi, bagaimana caranya agar bisa lari masuk ruangan itu dan
menguncinya rapat-rapat.
“Aku tidak pernah berurusan dengan kalian semua,
aku datang di tempat warung itu bukan berniat mengusik kalian, mengapa kalian
tega memperlakukanku seperti ini..?” ucapku seolah tidak gentar sambil
menggeserkan kakiku sedikit demi sedikit mendekat ke pintu.
“Kalian sayang dengan anakmu dan membela
mati-matian dari pengganggunya tapi tidakkah kalian menyadari cara kalian ini
telah membuat orang tuaku menjadi kehilangan anak tunggalnya, tidakkah kalian
berpikir itu membuat orang tuaku sedih” lanjutku dengan suara lantang sambil
berusaha lebih dekat lagi ke pintu itu.
“Hahahahaha....”
"Aku tidak perduli dengan semua ocehanmu anak
muda" bentak Pak Dipo
"Akupun tidak perduli dengan kalian semua, kalian pengecut" hujatku tidak kalah kerasnya
Ternyata kata-kataku tadi makin membuat berang Pak Dipo, dengan pandangan nanar memerah dia menatapku tajam penuh amarah dan kebencian. Ketika dia siap-siap menyerang maka secepat kilat aku berlari menuju kesebuah ruangan serta mengunci rapat-rapat pintunya, ternyata ruangan ini hanyalah ruangan yang kosong dan buntu.
"Ah dimana aku ini, matilah aku" aku menyerah pasrah.
"Akupun tidak perduli dengan kalian semua, kalian pengecut" hujatku tidak kalah kerasnya
Ternyata kata-kataku tadi makin membuat berang Pak Dipo, dengan pandangan nanar memerah dia menatapku tajam penuh amarah dan kebencian. Ketika dia siap-siap menyerang maka secepat kilat aku berlari menuju kesebuah ruangan serta mengunci rapat-rapat pintunya, ternyata ruangan ini hanyalah ruangan yang kosong dan buntu.
"Ah dimana aku ini, matilah aku" aku menyerah pasrah.
Sementara
dari luar terdengar ada yang mengetok-ketok pintu, makin lama makin keras.
"Pergi... pergilah...!, enyahlah dari
hidupku" aku berteriak histeris.
Semakin
aku berteriak semakin keras suara menggedor-gedor pintu.
"Ayo Wisnu cepat bangun!, Waktu subuh keburu
habis nanti". Suara itu tidak asing ditelingaku. Aku tersentak kaget
hingga membuatku terbangun, setelah mataku terbuka baru tersadar itu suara
ibuku.
"Iya bu Wisnu sudah bangun" sahutku sambil membuka pintu kamar.
"Kenapa tadi berteriak-teriak Wisnu ? sepertinya kamu mimpi buruk nak, ayo baca istighfar dulu terus ambil air wudhu'" kata ibu memperingatkanku.
"Astaghfirullahaladzim" kubaca istighfar berulang-ulang. Ternyata aku tadi hanya mimpi, buru-buru aku menuju kebelakang untuk mengambil air wudhu serta sholat shubuh.
"Iya bu Wisnu sudah bangun" sahutku sambil membuka pintu kamar.
"Kenapa tadi berteriak-teriak Wisnu ? sepertinya kamu mimpi buruk nak, ayo baca istighfar dulu terus ambil air wudhu'" kata ibu memperingatkanku.
"Astaghfirullahaladzim" kubaca istighfar berulang-ulang. Ternyata aku tadi hanya mimpi, buru-buru aku menuju kebelakang untuk mengambil air wudhu serta sholat shubuh.
Alhamdulillah aku dilindungi Allah Ta'ala.
Slameet....slameett.... cuma ngimpiii...! Save by mom voice...
ReplyDelete[im]https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSOuOPexZMRtPusF2nGG3lUXtlmF6382ZqfJwsXF9zf8NBKVLn2[/im]
Deletemimpi toh ternyata..... pembaca kecewa... padahal aku berharap sebuah cerita misteri... hehe...
ReplyDeletekeren ceritanya mas!
[im]http://2.bp.blogspot.com/_AkwthPlTJX8/TBTMoKdj6EI/AAAAAAAAAFw/XEt_4s2EiuY/s320/face.gif[/im]
Deletesekali kali boleh dong bikin pembaca kecewa...
Sama kayak kak Al ... pinginnya ini bukan mimpi. Kalo bukan mimpi kira2 endingnya gimana yah :D
ReplyDeleteBtw, ceritanya keren, ayah Devon ....
nah itu dia mbak Niar yg bikin bingung..., maklum newbie.
Deletejiah.. tulisan saldi dibilang keren
wal cerita sampai dialog pak Dipo tiba2 menghilang lumayan bisa membuat imajinasi saya hidup.... cerpennya lumayan jg kang... salut.. :)
ReplyDeletehehehehe... tulisan edisi iseng, biar gak hiatus kang..
Deleteciyee...makin gencot nih buat ceritanya kak...saluuttt dah, keep writing^^
ReplyDeletehihihihi... kan kata Uty apa yang ada di lintasan2 pikiran hrs segera ditulis, ya ini deh jadinya... sejadi2nya
Deletepembaca kecewa...ternyata hanya mimpi huhuhuhu...
ReplyDeletetapi tetep asik buat dibaca. oke, lanjutkan!
hehehe... jangan kecewa ah, tenang untuk pengobat kecewa nanti dikenalin sama keluarga Pak Dipo
DeleteMimpiii.. Jangan-jangan ini cerpennya juga mimpi. *hoaaam* Baru bangun tidur.
ReplyDeleteSik asik. Kayaknya Mas Mridwan ada saingan bikin cerita fiksi nih. Haha. :D
wah, jangan disamain aku dengan kang Ridwan dong, jauuuhhh
DeleteMimpi yang menegangkan... ha ha ha
ReplyDeleteKenapa yah terkadang saat mimpi dikejar sesuatu selalu saja kaki serasa kaku untuk melangkah? Lanjutkaaan :D
hmmm... nah itu yg aku gak tau, karena perasaan takut kali
DeleteNice ending. Twist dan bombnya dapet. Itu aja ya :)
ReplyDeleteTerimakasih mbak Titie... #masih deg-degan
DeleteCeritanya kurang panjang kang Insan (:
ReplyDeleteselamat membuar cerita lagi.. saya tunggu..
eia, sudah di follow ya blog yang ini..
assalamu'alaykum
wa'alaykumsalam...
Deletemakasih Fita..., kalau di panjangin kuatir yang bacanya boring dan bosen..
ternyata cuma mimpi -__- hadehh
ReplyDeleteKapan2 di tulis yang versi bukan mimpi
Deletedibaca tengah malam sendirian,, mantap nih,hehehe
ReplyDeleteKunjungan blogwalking.
Sukses selalu..
kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"
Salam Bahagia
makasih kunjungannya, wah undangan menarik nih
Deletetepat banget bacanya malem jum'at. hadeeeeeh -_-"
ReplyDeleteuntuuuuung cm mimpi. hihi
kalo bukan mimpi pasti gak bisa nulis blog lagi..., dah jadi menantunya pak Dipo... hihihihi
Deletealhamdulillah ternyata cuman mimpi...
ReplyDeleteAlhamdulillah banget ya..
Deletealhamdulillah ternyata cuma mimpi
ReplyDeleteKereeeeeeeeeeeennnnn ceritanya :D
ReplyDelete