Saturday, March 5, 2016

Makassar Akan Lumpuh

Makassar memang kota yang indah, dinamis dan menggairahkan laksana surga bagi pemburu kuliner saya benar-benar dibuat jatuh cinta olehnya. Setelah dua kali memposting tentang kuliner yakni solusi makanan halal dan sehat disini dan disini, posting kali ini masih berkisar tentang Makassar tapi bukan tentang kuliner bukan juga tentang kehebohan pro dan kontra reklamasi dari Project "Sunset Quay-Central Food District" yakni penimbunan laut untuk pembangunan hunian mewah, Apartement, Business Center dan area komersial lainnya di sekitaran pantai Losari. Tapi kali ini saya ingin membahas tentang sisi lain yang tidak kalah hebohnya di Makassar yaitu tentang kemacetan.

Kemacetan memang masih menjadi problem klasik di kota-kota besar, berbagai cara dan kebijakan telah dilakukan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas tapi sejauh ini belum juga mendapatkan hasil yang signifikan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung adalah kota yang rawan kemacetan, termasuk Makassar pun tidak kalah kemacetannya. Sebagai pendatang baru yang masih dua bulan tinggal di Makassar sungguh dibuat tercengang dengan kemacetan di Makassar, benar-benar diluar dugaan. Bayangan awal Makassar adalah kota yang tenang eksotis jauh dari kemacetan, ternyata dugaan saya salah besar, bahkan kalau boleh dibilang tingkat kemacetan di Makassar sudah mencapai pada titik parah dan memprihatinkan. 

Mengapa dan apa penyebab kemacetan di Makassar?

Sejak sebulan lalu saya aktif ngantor yang berlokasi di pusat kota sedangkan rumah di sekitar Daya yang jarak tempuhnya sekitar lima belas kilo meter. Setiap hari saya memperhatikan kebiasaan pemakai jalan di rute yang saya lewati. Rute tiap pagi yaitu melintas Jalan Perintis kemerdekaan, Urip Sumoharjo, G. Bawakaraeng dst sampai Jalan Sulawesi. Kemudian rute sore hari atau pulang kantor yakni Jalan Riburane, A. Yani, G. Bulusaraung, Masjid Raya, Urip Sumoharjo dan Perintis kemerdekaan, rute tersebut merupakan jalur padat dan macetnya tidak mengenal waktu. Belum lagi kalau kita melintas di Jalan AP Pettarani terdapat tiga titik krusial kemacetan yaitu persimpangan Jalan Boulevard, Hertasning dan Abdullah Daeng Sirua.

Kemacetan di Makassar
Jika kita meruntut penyebab kemacetan memang sangat komplek banyak hal yang jadi pemicunya, kemacetan memang sulit untuk dihilangkan hanya bisa dikurangi frekwensinya. Terjadinya lalu lintas karena adanya tiga komponen yaitu Manusia, Kendaraan dan jalan (infrastruktur) ketiganya saling berinteraksi bagai mata rantai yang tidak terpisahkan, Manusia bersifat aktif sedangkan kendaraan dan jalan sifatnya pasif. Manusia yang mempunyai peran sentral dalam mengemudikan kendaraan melintas dijalanan. Kemacetan diakibatkan dari banyak hal selain dari faktor kesadaran manusia berlalu lintas juga dari faktor pertumbuhan jumlah kendaraan juga tersediaan infrastruktur yang kurang memadai. Tetapi perilaku dan kesadaran manusia dalam berlalu lintas tetap menjadi faktor utama dari timbulnya kemacetan

Tidak dipungkiri dengan berbagai kemudahan yang diberikan dealer kepada konsumen dengan fasilitas cicilan ringan membuat laju pertumbuhan kendaraan bermotor ataupun mobil prosentasenya naik pesat. Menurut data Dinas Perhubungan pertumbuhan kendaraan di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata meningkat 18 persen per tahun. Sementara di Kota Metropolitan Makassar jumlah kendaraan roda dua meningkat 13-14 persen per tahun dan roda empat meningkat 8-10 persen per tahun. Sementara pertumbuhan jalan hanya 0,001 persen per tahun. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat mencapai 2,4 juta (1,1 juta roda 2 dan 1,3 juta mobil) lebih tinggi dari jumlah penduduknya sebanyak 1,7 juta jiwa. Tidak seimbangnya pertumbuhan kendaraan dengan peningkatan infrastruktur berupa ruas jalan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kemacetan terutama di beberapa titik di Kota Makassar.

Kemacetan diperparah oleh penataan angkutan kota kurang bagus dan cenderung semrawut. Angkutan kota atau pete-pete jumlahnya mencapai 5.140 unit terlalu banyak jika dibanding penumpang yang rata-rata antara 500 - 550 ribu orang. Belum lagi ditambah perilaku sopir pete-pete yang terkadang semau gue, menaikkan dan menurunkan penumpang disembarangan tempat berpindah jalur seenaknya tanpa memberi lampu sign, zig-zag dijalanan tanpa memperdulikan pemakai jalan lainnya. disinilah dari tidak seimbangnya jumlah penumpang dengan jumlah pete-pete berdampak pada persaingan yang ketat, sopir berburu penumpang dengan berlaku ugal-ugalan karena alasan kejar setoran. Mungkin solusinya dari Dinas Perhubungan lebih ketat membatasi jumlah pete-pete, jika dibiarkan tanpa ada solusi tidak menutup kemungkinan dua tahun kedepan lalu lintas di Makassar akan lumpuh.

Jika kita melintas di jalan Urip Sumoharjo sampai Perintis Kemerdekaan disitu akan kita dapati banyak jalan untuk putar balik, dengan banyaknya jalur putar balik otomatis akan menambah panjang kemacetan. Apakah tidak sebaiknya Pemeritah kota, Dinas Tata Kota atau instansi terkait mengambil kebijakan untuk mengurangi jalur putar balik sesuai kebutuhan saja demi memperlancar arus lalu lintas. Karena arus putar balik itu pun sering disalah gunakan oleh pengendara motor untuk menyeberang dan memotong jalur dengan seenaknya sendiri, ini sungguh berbahaya dan sangat merugikan keselamatan bersama apalagi bila sampai terjadi tabrakan. Sering saya melihat nyaris terjadi tabrakan diarus putar balik gara-gara kendaraan menyeberang dengan memotong jalur. Sungguh sangat berbahaya bagi pelintas jalan protokol tersebut apabila tidak hati-hati.

Nah satu lagi yang jadi penyebab kemacetan panjang, jika kita di Jalan Perintis Kemerdekaan Tamalanrea menuju Jalan Urip Sumoharjo kita akan melintasi jembatan di daerah Tello di jembatan itu ada penyempitan jalan akibat perbaikan yang sampai sekarang belum ada kepastian kapan akan selesai, konon kabarnya pembangunan dihentikan akibat kontraktor pemenang tender tidak mampu menyelesaikan proyek pelebaran jembatan sampai batas waktu yang ditentukan. Dengan terbengkalainya proyek tersebut dan penyempitan jalan berdampak pada kemacetan panjang sampai tiga kilo bahkan bisa lebih. Pernah saya harus menempuh perjalanan dari rumah ke kantor memakan waktu satu jam lebih padahal jika lalu lintas normal antara 15 - 25 menit saja. Luar biasa bukan. 

Melalui Tulisan ini saya mengajak pembaca khususnya masyarakat warga Makassar untuk selalu taat dengan aturan lalu lintas serta mempunyai kepedulian akan pentingnya berlalu lintas dengan baik, berperilaku santun dijalan, menjaga keamanan dan kenyamanan berkendara tanpa merugikan hak pengendara lain. Sebagus apapun aturan dibuat tanpa adanya kesadaran untuk mentaati akan sia-sia. Tapi yang terpenting adalah kita tanamkan dalam diri ini rasa memiliki kota Makassar, dengan merasa memiliki maka otomatis kita akan menjaga dan merawat kota ini sebaik-baiknya. Sungguh sayang Makassar yang tingkat pertumbuhan ekonominya tertinggi di Indonesia akan lumpuh gara-gara perilaku kita yang kurang baik di jalanan.

Bisa dibayangkan dampak kerugian akibat kemacetan tersebut, berapa ribu liter BBM yang terbuang sia-sia, berapa banyak waktu yang tersita, berapa besar energi kita yang terbuang akibat stress dan kelelahan dijalan dan yang tidak kalah pentingnya adalah penurunan kualitas udara akibat meningkatnya kadar zat-zat pencemar utama yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang akan berdampak timbulnya banyak penyakit dan mempunyai pengaruh besar pada terjadinya pemanasan global serta banyak dampak lain yang terjadi.

Yuk kita jaga kota Makassar menjadi kota yang Indah dan tertip.











Artikel Media Macarita Sejenis

Categories:

4 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. Yah, begitulah kondisi kota ini, Mas Budhi. Langit pun sering terlihat agakkelabu karena polusi udara.
    Beda sekali dengan kondisi tahun 90-an :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak...awalnya saya kaget dengan situasi kemacetan tersebut, tapi sekarang sudah mulai terbiasa... terbiasa stress dijalanan.

      Delete
  2. Apapun dan bagaimanapun Makassar... tetap ada daya tarik yg luar biasa.
    Semangat nulis lagi ya...
    Lanjutkan dgn kisah2 yg lain.

    ReplyDelete
  3. Heii.. pindah di mare ternyata om bud. Lama nian baru menjejak lagi saia. Dan well, tinggal di daya rupanya. Ane juga klo ke makassar tinggalnya di daya. Besok2 kopdaran dungz. :)

    ReplyDelete