Tuesday, September 23, 2014

Kisi Dua Hati Satu Cinta

Pulang dari sekolah Nina berlari-lari kecil kearahku, dengan berseragam putih merah rambut dikepang dua tampak sangat manis dan lucu. Nina adalah anakku semata wayang yang sangat kusayangi, dia yang membuatku bertahan dan bersemangat untuk mengarungi kehidupan yang keras di kota ini, apapun kulakukan demi kebahagiaannya.

"Mama..! besok malam Nina mau main drama dalam rangka menyambut datangnya Ramadhan di masjid Al-Ikhlas, mama datang ya!" pinta Nina memelas

"Aduh mama kan kerja Sayang!"

"Tolong sekali ini aja ma..., ya ma" Nina merajukku

Harus kujawab apa ke Nina, aku merasa tidak pantas ditempat yang suci seperti masjid, apalagi harus memakai gamis dan jilbab symbol kesucian muslimah.

"Kok diam sih ma, mama datang ya besok" suara Nina membuatku terkejut.

"Coba deh nanti mama izin sama boss dulu ya, kalau memang bisa libur, besok mama datang ya sayang" jawabku sembari membelai rambu Nina.

"Horeeee... mama bisa datang, besok kasih komentar ya ma, gimana akting Nina didrama itu" Nina kegirangan sambil meloncat-loncat

"Iya nak, sekarang latihan yang giat ya, biar besok aktingnya bagus" 

"Siap Ma, Nina ganti baju terus ke tempat latihan dulu ya ma" ucap Nina sambil berlari kekamarnya dengan perasaan berbinar-binar.

Seharian ini pikiranku benar-benar kacau, niat hati ingin melihat pentasnya Nina tapi aku tidak pe-de untuk datang kemasjid, masih pantaskah aku menginjakkan kaki dimasjid? Itulah pertanyaan yang selalui menghantuiku. Aku bukan Rika tujuh tahun lalu yang sering datang kemasjid, Rika yang rajin tharawih dan bertadarus Qur’an ketika Ramadhan, tapi kini aku hanya Rika seorang wanita penghibur, Rika seorang PSK. Tapi jika tidak datang sungguh tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Nina nanti.

Kupandangi Photo Nina yang tersemat dimeja kamarku, dia tampak sudah mulai beranjak remaja, usianya sudah menjelang sebelas tahun, Nina adalah anakku satu-satunya hasil pernikahan dengan Erdi yang sekarang entah kemana tidak tahu rimbanya, sejak enam tahun yang lalu aku berpisah dengan Erdi. Masalahnya klasik sudah tidak ada kecocokan lagi, setelah resmi pisah, Erdi menghilang tanpa memberi sepeserpun nafkah buat Nina. Jangankan nafkah menjengukpun sudah tidak pernah lagi, padahal Nina adalah darah dagingnya.

Sebagai ibu rumah tangga biasa aku sempat pontang-panting membiayai hidup keluargaku, pekerjaan apapun kulakukan demi membeayai hidup keluarga. Ayahku sudah meninggal tanpa meninggalkan harta berharga kecuali sepetak rumah sederhana yang kutempati sekarang. Ibuku hanya penjual sayur keliling dengan penghasilan hanya cukup untuk makan sehari. Aku sudah mencoba memasukkan lamaran demi lamaran kekantor-kantor dan instansi lainnya, tapi bermodalkan ijazah SLTA susah bersaing dengan S1 apalagi yang S2. Ini salahku juga mengapa aku memilih menikah daripada menyelesaikan kuliah yang sudah semester empat.

Bersyukur atas referensi teman aku bisa bekerja di resto yang cukup terkenal, meskipun dengan gaji pas-pasan untuk ukuran kota besar seperti Surabaya tapi setidaknya ada masukan untuk menyambung hidup keluarga. Bekerja diresto itu membawaku berkenalan dengan seorang wanita setengah baya. Aku biasa memanggilnya Tante Tetty, dia pelanggan tetap diresto kami, orangnya baik sering memberikan uang tips padaku, meski sudah kutolak dia masih ngotot memberinya. 

Suatu ketika tante Tetty memanggil dan mengajakku bicara, dia menanyakan masalah gajiku, masalah keadaan keluargaku dan sebagainya, dia sepertinya menaruh simpati terhadap kondisi keluargaku. Sambil mengeluarkan kartu nama tak lupa menyelipkan beberapa lembar uang kepadaku, menurut Tante Tetty aku bisa memberikan pelayanan yang cukup baik kepada pelanggan, itulah yang membuatnya suka. Diakhir pertemuannya dia mengundangku untuk datang kerumahnya.

Suatu hari tante Tetty menelpon dan menyuruhku untuk datang kerumahnya. berbekal kartu nama yang diberikan aku menuju kerumah Tante Tetty.  Ditemani teriknya matahari dan pengapnya udara di angkot aku mencari-cari alamat yang tertulis di kartu nama, setelah tanya sana-sini akhirnya kutemukan juga alamatnya. Rumahnya cukup mewah di bilangan komplek elite di Surabaya barat.

Tante Tetty mengajakku bekerja di salah satu club malam dengan iming-iming uang yang menggiurkan, jauh dibanding dengan gajiku sebagai pelayan resto. Aku gelap mata melihat angka yang fantastis itu, tanpa menanyakan apa jobnya langsung aku setujui. Di otakku yang ada hanya uang, uang dan uang. Setelah keluar dari resto aku mulai kerja di clubnya Tante Tetty, kupikir aku hanya sebagai bartender melayani minum para tamu-tamu yg hadir, ternyata aku juga melayani yang lainnya sampai urusan dikamar yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh suami istri.

Pada awalnya aku merasa risih dan berontak harus melayani orang yang belum pernah kukenal dan tanpa ada rasa cinta sedikitpun. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada pilihan lain kecuali pasrah dan menyerah pada pelukan laki-laki satu ke laki-laki lainnya. Apalagi hasil yang kudapat jauh lebih besar dari sebelumnya. Maka akupun semakin enjoy dengan dunia malam yang membawaku semakin dalam jauh kejurang kesesatan.


hatiku menjadi ajang peperangan dahsyat l Sumber gambar

"Tok..tok..tok…!", pintu kamar ada yang mengetuk, mengagetkan dari lamunanku

"Mama.. mama…" suara Nina yang memanggilku.

"Ada apa Nin" tanyaku sembari membuka pintu kamar.

"Nina berangkat dulu ya ma, sekalian sholat maghrib dimasjid. Nanti mama datang ya, Nina tunggu" ucapnya sembari mencium tanganku. Aku tersenyum bangga melihat semangat Nina. 

Kuambil jilbab dan baju gamis yang sudah lama jadi penghias lemari kamar. Kupandangi dan kubolak-balik baju itu, tidak pantas rasanya baju ini menempel dibadanku yang sudah berlumuran dosa dan maksiat ini, mataku perlahan mulai membasah, Nina telah membuatku dilema teramat sangat. Perlahan kukenakan gamis dan jilbab, Hatiku resah menahan gejolak jiwa, tapi kulawan perasaanku sendiri. Yang kupikirkan hanya ingin melihat senyum Nina merekah malam ini.
  
Ba’da Isya aku sudah berada dimasjid. Acara di mulai dengan pembacaan Ayat-ayat suci Al Qur’an, lantunan ayat-ayat yang dibacakan oleh Qori benar-benar telah meruntuhkan tembok hatiku, seolah sebuah batu besar menghantam dadaku, membuatku sesak dan sulit untuk bernafas, badanku lemas, lunglai tidak bertenaga, aku hanya bisa beristighfar berulang-ulang.

Bathinku tengah berkecamuk menjadi ajang peperangan dahsyat antara nilai-nilai kebaikan dan keburukan, dadaku bergemuruh hebat melebihi gempa berkekuatan 9 SR. Aku masih tetap beristighfar dan terus beristighfar hingga lambat-laun gema suara Illahi itu makin lembut ditelingaku, dingin menyentuh hatiku,  Subhanallah aku rindu dengan lantunan firman-firman-Mu ya Allah,  aku rindu menyebut Nama-Mu ya Allah. Nama yang bertahun-tahun telah aku lupakan.

Acara demi Acara telah dilalui sebagai acara penutup adalah drama yang dimainkan oleh anak-anak TPA Islam. Dengan lincahnya bocah-bocah berakting sesuai peran yang dimainkan, kulihat Nina memerankan sebagai seorang anak yang sedang ditanya malaikat Munkar dan Nakir.

"Wahai Manusia"

"Siapa Tuhanmu"   "Tidak Tahu"  jawab Nina

"Apa Agamamu?"    "Tidak Tahu"

"Apa nama kitab sucimu?"   "Tidak Tahu" 

"Siapa Nabimu?"    "Tidak Tahu" 

Maka terdengar suara seruan dari langit: "Hamba-Ku berbohong. Maka hamparkanlah untuknya sebagian dari hamparan neraka dan bukakanlah baginya sebuah pintu dari pintu neraka. Lalu datangkanlah baginya panas dan racun api neraka. Allah menyempitkan kuburan baginya hingga tulang rusuknya berceceran. Kemudian datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah buruk, berpakaian buruk, dan berbau busuk, lalu berkata, 'Bergembiralah dengan apa yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu"

"Wahai Malaikat penjaga kubur. Jangan hanya salahkan aku !, karena semasa hidup tidak pernah diajari orang tuaku tentang Siapa Tuhanku, agamaku, kitab suciku dan Nabiku" dengan lantang Nina mengucapkan kata demi kata didalam naskah dramanya.

jalan hidup masa depanku sudah kuputuskan l sumber gambar

Kalimat itu kembali membuatku tersungkur, bukan hanya batu besar yang menghantam dadaku tapi sebilah belati juga telah menyayat-nyayat hatiku, penderitaan bathin semakin bertambah parah, sekumpulan dosapun tampak berbaris rapi didepan mataku. Aku tidak mampu berpikir apa-apa lagi, lidahku kelu. Lagi-lagi hanya kalimat istighfar yang mampu kuucapkan dalam hati seiring desah napas dan isak tangis yang tertahan.

Seusai Acara aku segera pulang dan bergegas masuk kamar. Aku menangis sejadi-jadinya, "aku merasa tidak pantas menjadi ibu bagi Nina, aku merasa kotor bersanding dengan anakku yang masih bersih suci, aku bukanlah mama yang layak di teladani bagi anakku, maafkan mama nak tidak bisa menjadi mama yang terbaik bagimu". hujatku pada diri sendiri.  

Ya Allah Aku ingin bertaubat, "aku ingin kembali padamu, ampunkanlah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau sang maha pengampun dosa".  Segera kuambil Air wudhu, air wudhu pertamaku sejak tujuh tahun lalu. Diatas sajadah biru ini ingin kusematkan janji suci pada Illahi, kubentangkan harapan masa depan kepada sang Maha Pencipta, kupasrahkan hidup dan matiku hanya kepada sang pemilik jiwa ini.  Ya Allah, izinkanlah malam ini hamba kembali kepadaMu, bersimpuh dihadapanMu dan bertaubat kepadaMu.

"Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil 'alamin".
 
***
Jalan hidup masa depanku sudah kuputuskan, ingin kuhabiskan hari-hariku selalu bersanding dengan Ridha-Nya. Tapi masih ada tersisa kegamangan dipikiranku, apakah aku harus menceritakan status pekerjaanku kepada Nina?, yang Nina tahu aku bekerja sebagai pelayan resto. Ah sungguh tidak sampai hati aku melukai hatinya, tapi bagaimana jika suatu saat nanti Nina tahu keadaanku yang sebenarnya, ah benar-benar bingung aku dibuatnya

Aku keluar dari kamar mengambil segelas air putih dari kulkas, barangkali bisa sedikit mendinginkan otakku dan menenangkan hatiku. Kulangkahkan kakiku perlahan menuju kamar Nina.

"Nina belum tidur sayang"

"hehehe.. belum ma"

"Mama mau ngomong sebentar ya sayang" kataku sambil duduk diranjang

"Mau ngomong apa sih ma" Nina mengernyitkan dahinya.

Ah... Haruskah aku ceritakan keadaanku pada Nina, apa dia sudah cukup dewasa menerima kenyataan ini.  Atau bahkan hanya akan menjadi beban bagi perjalanan hidupnya nanti.

"Mau ngomong apa ma" Nina mengulangi pertanyaannya.

"Oh iya.. eh... ehm... ini sayang" aku dibuatnya gelagapan dan sedikit salah tingkah.

"Mulai besok mama sudah putuskan untuk keluar dari tempat kerja, mama akan cari kerja lain yang bisa pulang sore, agar malamnya bisa temani Nina belajar, bisa temani Nina ngaji dan bisa menceritakan dongeng penghantar tidur untuk Nina"

"Benarkah ma" mata Nina terbelalak seolah tidak percaya.

"Iya" aku menganggukkan kepala.

"Horeee..! Nina senang, Nina bangga deh sama mama, Nina sayang banget sama mama" Nina meloncat dari ranjangnya dengan kegirangan langsung memeluk erat tubuhku.

"Apa masih pantas aku menjadi mama yang dibanggakan anakku, bagaimana jika suatu saat Nina tahu keadaanku sesungguhnya, masih adakah rasa bangga itu?. Ah biarlah waktu yang akan menjawab" desahku dalam hati


Terimakasih Ya Allah, aku bisa menyambut Ramadhan ini dengan hati yang cerah berwarna dan kehidupan yang baru.






Sebuah Pengakuan

Artikel Media Macarita Sejenis

Categories:

67 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. Cerpennya keren.. iya deh percaya kalau Mas Insan ahli bikin cerpen. Ceritanya runtut dan enak dibacanya, alurnya juga jelas.. :)

    ReplyDelete
  2. Subhanallah...
    Cerita miris yang manis Kang Insan..
    meleleh Bonit bacanya.. T-T

    untuk Riska...
    Jujur z deh, karena kita tidak pernah tahu hari esok seperti apa, Allah Maha Mengetahui, apapun.. adalah dari-Nya, dan akan kembali pada-Nya..
    kadang Anak Seusia Nina bisa lebih Dewasa...
    keep hamasah.. Closed Galau n' Smile.. ^_^

    semoga mendapatkan pencerahan dari semua comment dipostingan kang Insan ini..
    amiiinn... n_n

    ReplyDelete
  3. keren, wah lg smngat nulis cerpen nih :)

    ReplyDelete
  4. Riska tak perlu menceritakan sisi gelap kehidupannya kepada Nina. Cukuplah dia bertobat nasuha kepada Allah. Yakin bahwa rejeki datang dari Allah. Percayalah bila Riska berjalan mendekat pada Allah, maka Allah akan menghampiri dengan berlari.

    Maaf ya mas..blm sempat memenuhi prnya... tp sooner deh...Insya Allah.

    ReplyDelete
  5. @yuniarinuktipeyek yo peyek mbak Yuni.., tapi ojo diremet-remet...

    ReplyDelete
  6. @Bonit Notzatur nuhun teh Nita, saya belajar di just a' note.

    atur nuhun juga utuk solusinya, krn ini kisah nyata yg saya kemas menjadi sebuah cerpen

    ReplyDelete
  7. @meutia rahmahjiah Tia, malah ngomentari penulisnya.., kasih advise biar yg punya kisah ikut terbantu

    ReplyDelete
  8. Masya Allah, ikutan terbawa cerita nih.. konon ketika seorang pendosa mengingat dosanya itu berarti masih ada cahaya Ilahi di hatinya, dan ternyata benar kan.. di paragraf berikutnya Riska bertaubat dan semoga itu adalah taubatan nasuha..

    menurutku Riska tidak perlu menceritakan pekerjaannya kpd Nina, kalau memang mau keluar ya keluar saja, berhenti total dari dunia yang gelap itu. Untuk apa mengatakan yang sejujurnya? itukan aib, Allah sudah menutup aibnya dari Nina lalu untuk apa dibuka oleh Riska sendiri? dari yang pernah saya baca kalau kita membuka aib kita sendiri Allah justru tidak suka..

    apalagi nina kan tidak pernah bertanya jadi tidak perlu bercerita, dan mohon kepada Allah agar selalu menutupi aibnya dan membimbingnya ke jalan yang di ridhoi Allah, niat baik pasti buahnya baik :)

    #imo

    ReplyDelete
  9. @nikenTerimakasih mbak Niken untuk masukannya semoga yg diluar sana ikut terbantu dengan sarannya


    Gak apa2 mbak untuk program menjelang dan saat Ramadhan nanti

    ReplyDelete
  10. @NFalhamdulillah semoga masukan dari mbak Nufadila bisa mencerahkan pada si pemilik kisah, semoga banyak Rika yg lain yg mau kembali

    ReplyDelete
  11. Ceritanya menyentuh dan ditulis dengan indah.

    Biarlah cerita masa lalu Rika berlalu bersama waktu dan merajut masa depan yang lebih baik bersama Nina. Jika suatu hari nanti aib masa lalu itu terkuat dan diketahui Nina, insya Allah itu adalah waktu yang tepat yang ditetapkan oleh Allah untuk Rika dan Nina menghadapinya. Selalu percaya dan positif thinking kepada pertolonganNya, maka semuanya akan baik-baik saja :)

    Mudah-mudahan berkenan :)

    ReplyDelete
  12. Subhanallah..cerita yang luar biasa sahabat...
    merinding seluruh tubuh dan mata tak tahan meneteskan air mata membaca di atas...
    Sebagai orang tua kita memang wajib memberikan bekal agama kepada anak-anak kita karena hal tersebut akan dimintakan tanggung jawab oleh Allah Ta'ala kelak...

    Terima kasih sahabat atas sharingnya ini..
    Barakallahu Fiikum

    ReplyDelete
  13. baca cerpen ini tiba2 ngalir air mataku...

    buat Riska.. jujur itu lebih baik meskipun menyakitkan.. jadi,, knpa gk mncoba buat jujur aja kpd nina.. drpd nina tau dr org lain pd nntinya.. :)

    ReplyDelete
  14. @Insan Robbani Aamiin.. dan kalaupun nanti suatu saat Nina tahu mudah2an saat itu Nina sudah jadi orang yang bijak dan ga menjauhi ibunya *hehe balik lg krn td lupa kata2 ini :P

    ReplyDelete
  15. @Saryterimakasih mbak Sary..., komentar mbak Sary tidak kalah indahnya, komentar yang bijak sekali, be positive thinking.

    ReplyDelete
  16. @Blog KeperawatanTerimakasih sahabat. setuju, sebagai ortu harus memberi fondasi agama yg kuat, jika terjatuh bisa segera kembali ke Agamanya

    ReplyDelete
  17. @Riezchterimakasih sdh berkunjung mbak Riezch, masukannya sangat berarti

    ReplyDelete
  18. @NFaku juga mengamini, kita berharap Nina tumbuh menjadi sosok yang bijak

    ReplyDelete
  19. Allah maha pengampun, sebesar apapun dosa kita Allah pasti akan mengampuninya, bersyukurlah pada Allah kalau kita masih dikasih waktu untuk bertobat, dan bersyukurlah kepada Allah krn telah dikaruniai anak yg manis, yg secara tdk langaung telah menuntun untuk bertobat.
    Untuk mas Insan Rabbani TOP BGT.

    ReplyDelete
  20. cerpen yang mantep, berasa kek disamber bledek deh waktu nina bilang gak diajarin ortuku, hadeh nancep bener

    ReplyDelete
  21. kerennnnnnnnnnnnnnnnn ....
    kaka cakep ajarin bikin cerpennya ...

    ReplyDelete
  22. Cukuplah Rika, orang-orang klub serta Allah yang tahu. Ingatlah bahwa ia memiliki seorang anak bernama Nina. Seorang anak bagiku adalah obat bagi orangtua. Kekayaan sebesar apapun seharusnya tidak bisa membeli senyuman Nina dari Rika. Ingatlah bahwa Allah punya skenario juga untuk hamba-Nya. Bertaubat, Bersabar dan berdoalah serta berusaha dan berikhtiar.
    Kalau kata abang Maher Zain, "InsyaAllah ada jalan" ^_^

    ReplyDelete
  23. sepertinya mas insan sudah terlatih dalam hal menuangkan kata katanya di atas kertas kosong, di tunggu karya karya selanjutnya :)

    ReplyDelete
  24. @Alfi SyahrinTerimakasih mbak Alfi, sungguh Allah Maha pengampun, maha kasih sayang, insya Allah masukannya sangat berguna.

    dan untuk Mbak Alfi komentnya TOP BGT

    ReplyDelete
  25. @anotherorionWah terima kasih banget jika tulisan ini ada kesannya

    ReplyDelete
  26. @jengjumintenjiah kasih masukan buat Rika, jangan komentari tulisannya..

    ReplyDelete
  27. @Erlangga KusumawijayaTerimakasih Angga. jika Rika membaca komentar ini pasti akan bangga dengan Angga

    ReplyDelete
  28. @Irfan StudentJiah kasih masukan buat Rika jangan komentari tulisan dan penulisnya..

    ReplyDelete
  29. Assalamu'alaykum
    kalau menurut saya, jangan dulu diberi tahu. (:
    apalagi kalau Nina masih kecil, dia masih perlu seorang teladan. Suatu saat, ketika pendidikan yang diberikan ibunya menjadikan Nina seorang perempuan sholehah, ia akan memahami. Insha Allah.
    Salam sayang buat Nina ^____^

    ReplyDelete
  30. Hiks..Hiks..Aku terharuu membacanya..
    Apa masih pantas aku menjadi mama yang dibanggakan anakku??
    Hiks..

    Menurutku , tidak perlu di ceritain pada Nina, toh suatu saat nanti kalo Nina tau, bisa menjelaskannya..
    Biarlah waktu yang bicara,,
    YAng pentiing, berserahlah dan Ceritakanlah PadaNya, keinginan hati Mama Rika, biarlah yang tau hanya yang di atas.
    Se,oga MAma rika senantiasa membimbing Nina menjadi anak yang sholeh dan kebanggan MAmanya..
    Amin..

    ReplyDelete
  31. Ada satu karakter yang masih lekat di kak Insan, dari cerpen-cerpen kakak yang sudah saya baca sampai detik ini. Kak Insan (ini murni pendapat pribadi saya) memiliki karakter yang menjelaskan detail ya kak? Hingga ekspresi dari tokohnya. :) Namun terkadang, saya bacanya kurang fokus. Karena masih sering sering detailnya muncul. Pakai aturan PLN 17.00-22.00 mungkin berhasil.. :)

    Kalau soal makna, jangan ditanya deh! 5 Jempol (satu pinjam tetangga) buat pesan-pesan yang coba disampaikan kak Insan. Selalu bisa belajar tentang hidup di sini. Btw kak, kalau ke blogku, monggo juga kalau mau ngasih kritikan ya kak. Kritikan, sungguh sangat diperlukan untuk sebuah pembelajaran.. :)

    ReplyDelete
  32. semoga setelah ini ibunya Nina benar-benar tobat ya mas. maaf mas insan kok blognya gak update di aku ya makanya ketinggalan postingannya nih :)

    ReplyDelete
  33. @Gulunganpitawaalaykumsalam
    Terimakasih komentarnya Fita..
    saya yakin setiap kata2 yang Fita Tulis akan mengandung manfaat

    ReplyDelete
  34. @Nchie HanieTerimakasih mbak Nchie
    saya amini doa dan harapannya, terimakasih atas komentarnya, insya Allah sangat bermanfaat bagi Rika dan Rika2 yang lain

    ReplyDelete
  35. @Arya PoetraTerimakasih atas saan dan kritiknya, hanya untuk kali ini sepertinya lebih pada memberikan advise pada Rika yang sedang membutuhkan masukan

    ReplyDelete
  36. @Lidya - Mama Cal-Vinsaya mengamini harapan mbak Lidya.

    hehe.. mungkin blm dimasukkan di list blog mbak.

    ReplyDelete
  37. mungkin masih banyak rika-rika yg lain yg bernasib kurang lebih sama, satu hal...menceritakan sesuatu memang berat terlebih itu aib, namun ketika kita mampu menceritakan nya pada seseorang pastikan kalau org tersebut adl org yg memang pantas dan perlu utk tahu.., sebagaimana kejujuran yg katanya pahit, maka itu akan jadi obat kegelisahan...jujur membuat seorang hamba mampu meraih ketenangan jiwa.. sebaliknya keraguan utk jujur membuat kegelisahan semakin meraja... asalkan jujurnya sama org yang tapat diwaktu yg tepat...

    suatu hari nanti..entah kapan..nina akan tahu mengenai hal ini..., baiknya dia tahu dr org yg tepat juga...bukan dr org lain...

    semoga jeng Rika mampu melalui semua ini dengan baik...amin..:), you can do it...

    ReplyDelete
  38. gila ni karya ayah bikin termehek-mehek aja,,,,,
    sebelllllllllllllll.....

    keren......

    buat rika jujur aja, tetapi jujur di waktu nina udah pantas utk mengetahuinya....

    10 jempol buat pak radennnnnnnnnnnnnnnnnn............

    ReplyDelete
  39. @witahalo apa kabar Weni..?
    terimakasih sdh mampir disini lagi, wah solusi yang bagus banget,insya Allah akan sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  40. @ofie humairakasih tissue ke ofie

    makasih ya komentarnya sangat bermanfaat...

    ReplyDelete
  41. keren mas, mendidih mata saya membacanya..

    kalo menurut ku, sebaiknya Rika ga usah ceritain masa lalunya ke Nina, cz ada larangan dari rosululloh untuk menceritakan dosa yang pernah diperbuat: " Semua umatku dimaafkan kecuali orang2 mujahir (mujahir adalah orang2 yang melakukan dosa/maksiat kemudian ia memberitahukan kepada oranglain) (HR. Muslim)

    yang terpenting yang harus rika lakukan adalah berhenti bermaksiat dan segera lakukan taubatan nasuha, jadilah ibu yang baik bagi Nina. manusia tempat salah dan lupa, dan Alloh adalah tempat pengampun dan pemaaf segala salah dan lupa tersebut. berdoa pada Alloh supaya Alloh menutup aib yang pernah dilakukan agar Nina tak pernah tau. wallohu'alam

    ReplyDelete
  42. gezzz... meleleh... XD

    semua orang punya kesempatan yang sama untuk berubah.. :)

    ReplyDelete
  43. ya Allah...
    sungguh keren mas cerpennya...
    walau ini hanya sekedar cerpen, tetapi ada banyak hikmah terkandung di dalamnya...
    lebih dari sekedar cerpen...
    dan mungkin juga ada dalam kehidupan di dunia ini (walau tak tahu di mana)

    kalau masalah Nina diceritakan yg sesungguhnya atau tidak, menurut pendapatku lebih baik diceritakan saja, tetapi nunggu Nina sudah baligh dan cukup akal untuk mempertimbangkan hal semacam itu... kejujuran harus ditegakkan walau menyakitkan, semua kebaikan bermula dari kejujuran, lagipula, walau tak diceritakan sekalipun, rahasia seketat apapun itu suatu saat pasti akan terbongkar juga, daripada nantinya terbongkar oleh ucapan orang lain saat Rika telah tiada dan hanya akan membuat kesedihan yg lebih mendalam... lebih baik JUJUR saja..!!

    ReplyDelete
  44. @Rima AuliaBagus banget komentarnya, lengkap dengan dasar hukumnya

    terimakasih Rima, insya Alloh bermanfaat

    ReplyDelete
  45. @Ndee RoidBetul sekali, semua punya kesempatan sama, tinggal mau mengambil kesempatan itu atau tidak

    terimakasih

    ReplyDelete
  46. @JeQWah jadi malu dipuji begitu.. berlebihan

    komentarnya bijak sekali dan dewasa banget, insya Alloh bermanfaat

    ReplyDelete
  47. Cerita yang menyentuh, memberi harapan, dan mengajak agar segera bertaubat atas segala dosa.

    kalau menurut aku, ga usah dulu cerita ke nina, dia kan masih kecil.

    Sengaja berkunjung, salam kenal..

    ReplyDelete
  48. hanya satu yang berat dari artikel ini,, berat bagai mengangkat ribuan ton karung beras.. "Sholatku hidupku dan matiku hanya untuk tuhan seluruh alam" setelah membaca posting ini sungguh terasa kembali beban dosa di pundakku.. hingga membuat nafasku sesak..

    ReplyDelete
  49. @Panditerimakasih atas apresiasinya

    masukan yang bagus mas, insya Alloh bermanfaat

    Salam kenal juga

    ReplyDelete
  50. @Didin SupriatnaSetuju kang Didin..
    mengaplikannya sangat berat, bahkan lebih berat dari ngangkat gunung, hanya karena kasih sayang Alloh bisa diringankan.

    terimakasih untuk kunjungannya

    ReplyDelete
  51. Ini kisah nyata ya ayah Devon?
    Sedih yaa ...
    Menurut saya perlu suatu saat sang ibu bercerita tentang masa lalu kepada anaknya asal:

    - Anaknya sudah dewasa, sudah bisa diajak bicara dari hati ke hati
    - Ibunya sudah bertobat

    ReplyDelete
  52. subhanallah.. cerpennya bagus mas.. Bahasanya juga mudah di cerna.. Gak pake bahsa yg berat2 tp menyentuh bgt..

    ReplyDelete
  53. kisah yang mengharu biru perasaan..sambil menyimak sambil berbagi kisah bisnis yang barokah

    ReplyDelete
  54. dalam Islam kita diajarkan untuk senantiasa menjaga hubungan hablumminallah dan habluminannas, dan setiap dosa dan kesalahan akan dimaafkan ALLAH apabila dosa dan kesalahan tersebut juga telah dimaafkan oleh manusia yang kepada siapa kita berbuata salah dan dosa,
    jadi sebaiknya bercerita-lah kepada Nina dengan jujur sambil meminta maaf darinya...sungguh kisah yang cukup banyak terjadi di negri ini...dosa dan salah terkubur dalam diamnya batin dan bibir sang orang tua,,,salam

    ReplyDelete
  55. @MugniarBegitulah Mbak Niar.. kisah yg saya kemas dlm bentuk cerpen.

    maksih mbak Niar untuk masukannya, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  56. @ke2naialhamdulillah, terima kasih mbak Myra atas apresiasinya. gak pakai bahasa berat, soalnya gak bisa yg berat2, bukan kelas berat

    ReplyDelete
  57. @Rezeki BarokahTerimakasih untuk kunjungannya, semoga bisnisnya sukses dan barokah

    ReplyDelete
  58. @BlogS of Hariyantoterimakasih mas Hariyanto..
    komentarnya sangat bagus, insya Allah sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  59. alhamdulillah kabarku ..baik bpk insan..:),,Aku kl disuruh komentar paling suka...heheee....,,,,pi maaf ya kl ada salah kata dalam komentar..., terimakasih sudah menerima koment saya....
    tunggu komentar saya berikutnya ya.hehee,,,....

    ReplyDelete
  60. @witaSilahkan Weni...
    aku tunggu kunjungannya..

    ReplyDelete
  61. indah sekali kang Insan. sangat indah yang terkandung dalam cerpen ini. salut. takjub. terimakasih juga sudah mau berbagi kisah nyata ini. terimakash juga sudah menunjukkan satu sisi kehidupan yang jarang kita tahu.

    kalau menurutku sih, sebaiknya sang ibu menceritakan masa lalunya pada anaknya kelak, bila keadaan si anak sudah cukup dewasa dan bisa mengerti keadaan yang sebenarnya.

    saranku, coba perbaiki cara penulisan kang, seperti tanda baca dan sebagainya.

    ReplyDelete
  62. @MUHAMMAD RIDWANTerimakasih kang Ridwan..
    insya Allah saran dan masukannya bermanfaat

    oh iya nanti akan diperbaiki

    ReplyDelete
  63. Biarkan semua menjadi rahasia bagi Rika. Kelak saat Nina dewasa, waktu akan membukanya dengan sendirinya.

    ReplyDelete
  64. @Titie Suryaterimakasih mbak Titie sdh berkunjung disini

    ReplyDelete
  65. aku sependapat dengan mbak NF, sebuah aib tak perlu disebarluaskan. BUkan hanya usia NIna yg masih belum cukup stabil, tp menyimpan sebuah rahasia bukan berarti sebuha tindakan bohong. Karena demi alasan kebaikan yang lebih besar ketimbang mengatakannya..dan kalau memang siap mengatakannya tentu saat Nina sudah lebih bisa memahami hitam-putih kehidupan secara proporsional..#mbulet iki tulisanku

    ReplyDelete
  66. semoga selalu ada jalan untuk kita bertobat dan yang pasti ada kemauan dari kitanya tuk berubah ya Pak..

    ReplyDelete
  67. critanya buat aku berkaca mas, slama ini udah jadi orang tua yang bener blum ya..

    untuk Rika, kalo menurut aku, nggak perlu deh, crita ke putrinya tentang kesalahan yang segera akan jadi masa lalunya. Biarlah Allah yang menutup aibnya setelah dia bertaubat dan kembali padaNya. Lagian, untuk taubat nasuha tidak ada syarat harus membeberkan kesalahan atau dosa yang pernah dilakukan. Perbanyak istighfar dan bertekad untuk memperbaiki diri, ok..

    ReplyDelete