Teriknya matahari Surabaya terasa menusuk-nusuk kulit, Deru
suara mesin kendaraan meraung memekakkan telinga, belum lagi asap dan debu yang
berterbangan memenuhi jalanan yang kian macet sehingga makin membuat sesak
didada. Sebenarnya siang ini enggan untuk keluar kantor kalau bukan ada
pekerjaan penting yang membutuhkan keluar. Apalagi lagi sedang berpuasa harus
sedikit berhemat tenaga.
Panas matahari kurasakan kian
menyengat panasnya seperti tepat diubun-ubun, aku menepi dan berteduh dibawah pohon akasia yang besar nan rindang.
Dipinggir jalan nampak seorang lelaki tua masih sibuk menyapu menyingkirkan
sampah, kotoran dan daun-daun jatuh bertebaran di jalanan. Sesekali dia menyeka peluh
yang membasahi sekujur mukanya dengan handuk putih yang tidak putih lagi.
Bibirnya mengering mengisyaratkan sedang menahan rasa dahaga ditengah teriknya siang hari.
berkawan mentari l sumber gambar |
Hanya karena jalanan macet dan padat membuat bapak tua harus minggir dan berdiri tepat disebelahku. Dengan seksama kuamati bapak tua ini ada rasa kagum dan rasa iba kepada lelaki renta ini. Dilihat dari fisiknya bapak ini mungkin usianya sudah kepala enam. tapi dedikasinya pada pekerjaannya patut diacungi jempol. Rasanya tidak salah jika disebut sebagai pahlawan kebersihan tanpa tanda jasa.
"Berteduh
ya nak?, hari ini memang sangat panas"
"Iya
Pak" jawabku sembari memberikan senyum balasan.
"Bapak
puasa ? ucapku menyelidik
"Alhamdulillah
bapak masih bisa puasa nak, karena puasa sudah menjadi keseharian bapak"
Jawabnya mantab.
"Maksudnya
gimana pak?" tanyaku agak penasaran.
"Meskipun
bukan bulan Ramadhan bapak terbiasa makan seadanya, kalaupun tidak ada yang
dimakan bapak harus puasa".
Jleebb..!! kalimatnya membuatku tertohok.
"Oh iya, maaf
ya pak bekerja di jalanan berdebu dan berpolusi serta udara yang panas begini apa tidak kehausan" rasa isengku muncul.
Pak tua itu
tersenyum sambil menghela nafas dalam-dalam, tak lama kemudian dia berkata.
"Bapak
sudah berteman matahari sejak duapuluh tahun lalu, matahari siang hari memang
panas nak, tapi neraka jauh lebih panas lagi".
Astaghfirullah
jawaban bapak itu sukses membuatku terjerembab KO. Aku hanya bisa diam terpaku
melihat ketabahan dan keyakinan bapak tua itu.
Sementara diriku yang belum serapuh dia masih suka mengeluh dan tidak ikhlas menghadapi kondisi dan
cuaca. Harusnya aku malu berteduh seperti ini hanya untuk menghindari udara
panas yang sebenarnya suatu rahmat dari-Nya. Karena keadaan apapun adalah ada
hikmah jika mau mengkajinya dan Allah tidak akan memberikan ujian tanpa memberi
balasan yang sebanding. Baru merasakan udara panas sudah mengeluh apalagi
merasakan panasnya api neraka.
Aku masih berdiri mematung
disebelah motor yang kuparkir, sampai akhirnya dikejutkan oleh suara pak tua.
"Maaf ya
nak, bapak tinggal dulu, bapak harus membersihkan sampah-sampah dijalanan".
"Eh.. oh..
iya pak silakan, saya juga mau melanjutkan perjalanan" jawabku terbata
sembari menstarter motor dan melaju dengan membawa rasa malu pada diri sendiri.
Jika masih ada diantara kalian yang masih suka mengeluh
dan cengeng seperti aku, mari kita buang jauh-jauh rasa itu, di luar sana masih banyak yang
menjalankan ibadah puasa dengan perjuangan yang lebih berat. Bahkan konon dulu
Rasulullah dan para sahabat dengan gagah berani berperang melawan musuh Islam
di bulan Ramadhan yang terkenal dengan Perang Badar. Maka tidak ada alasan
untuk menyurutkan semangat di bulan Ramadhan.
ALLAHU AKBAR..!!
Sebenarnya jika tidak ada halangan yang berat, rugi ora poso itu Cak.. ah, jadi inget dulu jaman nakal sekolah, sering bolong posone
ReplyDeleteKetauan kalau jaman sekolah bandel... gak boleh ditiru ponakannya ah... qiqiqiq
Deletehiii ada yang bandel hayooo bener jangan ditiru! sekarang masih bandel ra ya? hihi
Deletekalo punya banyak keponakan masih bandel ya dilempar kelaut aja mbak... piss Uncle
Deletepelajaran hidup dan paling berharga tak mesti muncul dari mulut seorang DR. Atau profesor.....
ReplyDeleteTapi justru sebaliknya... dari orang2 yang lebih memaknai hidup dlm segala kekurangan... :)
Trimakasih mas.. atas postingan yang "jleb" ;D
Jangan pandang siapa yang menyampaikan tapi pandang yang disamaikan..., bukan begitu kan mbak Nova
Deletepadahal kita makan serba ada tapi masih suka mengeluh ya, malu dengan bapak tua itu
ReplyDeleteMakanya dari sekarang kita gak boleh mengeluh...entar dicontoh Devon, Pascal dan Alvin
DeleteDibalik kesederhanaan selalu tersimpan kekayaan hikmah..
ReplyDeleteSangat setuju..
Deleteini cerita mak jlebbb,bener mas terkadang saya rasanya ngeluh mulu padahal ada yg lebih dibawah kita...astaghfirullah.
ReplyDeletewalah kok sama ya mbak.
Deletecmn bisi beristighfar
merasa malu dan hina diri ini
ReplyDeletesama kang...
Deletesetuju!
ReplyDeletejangan karena hemat hawa nafsu semangat kita juga jadi ikut hemat :D
saya aja kalo mau kerja masih aja disamper ke rumah sama bapak2 yg suka barengan bike to work juga. :D
Setuju...
Deletewah hebat banget itu bapak2..
makjleb.
ReplyDeletenamanya shaum ya hidup sederhana. seadanya, Jangan yang gak ada dicari2 hehehe...
sementara disana menu berbuka selalu menunya dengan rasa syukur.
jujur saya termasuk orang yang sekrang lebih mikir. Kalau buka cukup air teh manis meski gak ada kurma, walaupun dianjurkan. Tapi gak perlulah repot2 cari kesana-kemari. seadanya. yang ada tahu makan. yang ada tempe makan hehe..
malah kadang saya males makan karna air saja sudah cukup. meski tambah kurus. Jadi luar biasanya orang berpuasa, Allah mengenyangkan perut kita apabila kita bersyukur.
salam ramadhan ke 15 bang.
itulah barokah Ramadhan, seteguk air terasa nikmat sekali
DeleteYang penting esensi puasanya bukan sekedar berlimpah makanan jadi terkesan puasa malah pemborosan.
Subhannalloh, uangkapan jawabnan yang luar biasa dari Bapak itu. Semangat akan ketaqwaan kepada Alloh yang patut dicontoh
ReplyDeletenah itulah yang sangat menamparku
Deleteini cerita fiksi atau cerita nyata?
ReplyDeletekisah nyata yang dituliskan..
Deletehebat nian bapak itu mas,saya kehidupan yang bsia dibilang lebih baik saja masih suka mengeluh, pelajaran yang luar biasa
ReplyDeleteya... kita belajar untuk ikhlas akan ketentuan-Nya dari bapak itu.
DeleteBelajar mengambil hikmah di sini, untuk tidak selalu mengeluhkan keadaan.
ReplyDeleteSetuju mbak, pelajaran untuk diriku terutama
Delete