Saturday, December 29, 2012

Filosofi Hidup Bu Manggi


Suatu pelajaran berharga yang kudapatkan dari seorang wanita tua. Guratan wajahnya tampak sangat letih. Kulitnya makin berkerut coklat kehitaman terbakar matahari disiang hari. Langkahnya sudah tidak setegar beberapa tahun lalu. Tapi tidak ada keluh-kesah yang tersirat dari hatinya itu bisa terlihat dari tatapan matanya walau tampak sayu tapi optimisme terpancar kuat. Air matanyapun sudah mengering yang tersisa hanya semangat bercampur kenyakinan bahwa Allah tidak akan salah alamat dalam membagikan rejeki. Alasan itulah membuatnya tetap tegar dan bertahan mengarungi derasnya ombak kehidupan. 

Wanita itu bernama Bu Manggi. Entahlah siapa nama sebenarnya tapi teman-teman dikantor biasa memanggilnya Bu Manggi, dia tidak merasa keberatan dengan panggilan itu. Nama Manggi diambil dari kata Semanggi. Sesuai dengan dagangan yang dijualnya yaitu semanggi. Sebagai penjual sayur semanggi dia cukup sabar dan telaten dalam menghadapi beragam karakter pembeli. Maka tidak heran jika banyak pelanggannya termasuk teman-teman dikantor dan orang-orang dikomplek perkantoranku.


Orang mengenal Bu Manggi sebagai sosok yang jujur dan tidak neko-neko. Semangat juangnya tinggi karena dia sadar jika tidak mendapatkan hasil hari ini tentu dia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya esok hari. Apalagi sudah beberapa tahun suaminya kena stroke hanya bisa berbaring diranjang. Praktis Bu Manggi menjadi tulang punggung keluarga. Beruntung masih ada satu cucunya yang tinggal serumah bisa menjaga dan merawat kakeknya bila ditinggal berjualan

Bu Manggi orang yang tetap memegang teguh filosofi Jawa. Banyak mengajariku filosofi kehidupan dalam bahasa Jawa kental yang kadang sulit aku mengerti. Pernah suatu ketika menasehatiku dengan caranya sendiri. Walau terkesan sederhana ternyata mengandung makna yang dalam. Ada beberapa nasehatnya yang sempat terekam dalam memoriku.

Tiyang gesang niku Ojo Mung Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Orang hidup itu jangan hanya terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

Tiyang gesang Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman (Orang Hidup itu jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut. Jangan cengeng atau manja) 

Pernah juga mengatakan kepadaku Ojo Milik Barang Kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo (Jangan silau dan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah, jangan berfikir untuk mendua agar tidak mengendurkan niat dan semangatnya).

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

Bagiku sebuah nasehat itu menjadi baik jika mengandung kebaikan dan tepat sasaran tanpa memandang dari siapa dan dari mana nasehat itu. Seperti yang dikatakan Ali Bin Abi Thalib "Jangan melihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya"

Bu Manggi memang hanya seorang penjaja sayur semanggi. Tetapi sebagai seorang muslimah yang taat dia tetap mempunyai impian yang disematkan tinggi dilangit. Impiannya hanyalah ingin menunaikan rukun Islam ke lima yaitu menunaikan ibadah haji. Dia sendiri sejujurnya tidak tahu dengan cara apa dan bagaimana bisa berhaji. Dia sangat menyadari penghasilannya sebagai penjual semanggi tidak terlalu banyak hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi dia tetap punya keyakinan bila ada kemauan insya Allah akan ada jalan. Kalaupun memang pada kenyataannya belum diberi kesempatan untuk ke tanah suci minimal sudah ada niatan untuk kesana.

Satu hal yang membuatku berdecak kagum yaitu ketika Bu Manggi menemukan dompet berisikan beberapa lembar uang ratusan ribu serta surat-surat penting. Dengan tergopoh-gopoh dan wajah pucat pasi dia meminta tolong padaku untuk mencarikan pemilik dompet. Beruntung ada KTP didompet sehingga bisa dilacak alamat dan no telponnya melalui 108. Bu Manggi tidak mau diberi hadiah kecuali jika dibeli semanggi dagangannya.

Subhanallah. Padahal dia sendiri kehidupannya pas-pasan juga membutuhkan uang untuk berobat suaminya dan jika dia tidak mengembalikan tidak ada satupun orang yang tahu. Tapi dalam hatinya tertanamkan bahwa Allah Maha Mengetahui keyakinan itu bukan hanya di bibir tapi benar-benar diaplikasikan dalam kehidupannya.

Ketika ditanyakan alasan mengembalikan dompet tersebut, dengan polos Bu Manggi menjawab "Kulo niki tiyang mlarat mboten gadah bondho nopo-nopo teng donyo, wong sampun mboten gadah bondo tambah mboten jujur, lajeng nopo sing damel piandhel dumateng ngarsani Gusti Allah" (Saya ini sudah miskin tidak punya harta apa-apa di dunia ini, sudah tidak punya harta tidak jujur lagi lantas apa yang diandalkan dihadapan Allah).

Aku bagai tertampar dengan sebaris kepolosan dari Bu Manggi. Apakah aku bisa istiqomah jika mendapat realita hidup seperti Bu Manggi ? Entahlah, aku hanya bisa memohon perlindungan kepada Allah pemilik jiwa-ragakuku. Hanya Dia yang bisa membolak-balikkan hati manusia.

"Ya Allah, wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu"

"Ya Tuhan Kami Janganlah Engkau Condongkan Hati Kami Kepada Kesesatan Setelah Engkau Berikan Petunjuk Kepada Kami, Dan Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi" 

Aamiin...

 

Artikel Media Macarita Sejenis

Categories:

18 comments:

"Setelah dibaca silakan berikan komentar sesuai isi posting. Karena isi posting sopan maka diharap komentarnya juga sopan dan tidak menulis komentar spam yang tidak ada hubungannya dengan posting. Maaf jika komentar OOT terpaksa kami hapus."

  1. Membaca kisah ini, mematahkan slogan Look who's talking. Sebab apa yang disampaikan bu Manggi baik dlm perkataan dan perbuatan, menyiratkan sebuah keikhlasan hidup dan kebijaksanaan bersikap.

    Isi tulisan ini dalam sekali maknanya. Kalau kita terbuka utk mengkaji, maka banyak nilai kebaikan didalamnya.
    Cara penulisannya juga menarik. Makin pinter aja nih merangkai kata... #bletaak... Kewaneen...

    ReplyDelete
    Replies
    1. subhananllah....inspirasi dan renungan jelang sore yang hangattt..

      salam kenal zwan

      Delete
    2. byeuh direview sama mbak Niken, kurang panjang ngereviewnya, matur nuwun sanget mbak

      Delete
    3. Mbak HM Zwan, terimakasih hunjungannya
      salam kenal juga...

      Delete
  2. Terkadang sebuah pilaku sikap yang keluar dari ucapan manusia yang dapat mengejawantahkan dalam laku kehidupan sebenarnya merupakan pelajaran dari soko guru kehidupan bagi orang-orang sekitarnya yang mau melihat bahasa Tuhan yang disampai kepada kita.

    Semoga kita mau mendengarkan bahasa Tuhan yang sedang diucapkan Nya secara langsung melalui setiap kejadian ini. Sebagai contoh nasehat kebaikan untuk bersama

    Sukses selalu
    Salam Wisata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih mas Indra, selalu menambahkan disetiap postinganku.., komentarnya selalu membuatku tertegun..

      Delete
  3. HIks..Terharuu
    Aku juga merasa tertampar membaca tulisan ini..

    tidak bisa berkata kata lagih,..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf lho, saya gak nyuruh bu Manggi nampar Teh Nchie

      Delete
  4. mas Insan pancen oye... memang sih, filosofi Jawa itu dalem-dalem.
    salam kenal Mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang saya oye seperti obat sakit kepala...
      makasih kunjungannya, salam kenal juga mbak

      Delete
  5. #pengen ngincipi semangginya jugakk..

    Pemahaman Bu manggi tentang hakekat hidup dan menjalani kehidupan, sekali lagi menguatkan kalimat bijak : jangan melihat siapa yg berkata tappi simaklah apa isi yang diucapkan..

    Salam salut dan kagum buat Bu manggi,

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau mau datang aja ke kantor pas tengah hari

      Betul Rie, hakekat hidup yang dipahami bu Manggi sangat mendasar. Tapi Ririe pasti lebih dari itu...

      Delete
  6. Membaca kisah Bu Manggi jadi merinding. Cocok dengan ujaran pak Ustaz, "Perhatikanlah apa yang diucapkan, bukan siapa yang mengucapkan." Selain Jawa, banyak juga filosofi lokal yang penuh muatan positif.

    Kejujuran Bu Manggi tidak perlu kita komentari; cukup kita teladani. Semoga Allah memudahkan jalan hidupnya dengan keberkahan.

    Saya langsung bersikap jujur: mohon kapan-kapan Mas Insan berkenan menuliskan tentang hal-ihwal sayur semanggi dan kelezatannya ya...

    Terima kasih telah berbagi. (Maaf, saya tidak tertampar, karena sudah lama saya tak punya muka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mas, keikhlasan hidup bu Manggi patut ditiru.
      wah berarti saya harus posting tentang Semanggi dong.. hmmm

      terimakasih udah berkunjung mas

      Delete
  7. Yaa muqollibal qulub tsabit qolbi ala diinik.......
    *do'a yang penuh azam.

    subhanalloh.. kisah ini memang sangat menampar, liyan tertegun sendiri. nasehat-nasehat bu manggi sungguh bijak sekali. cermin dari seorang yang sederhana namun berjiwa besar. kami banyak belajar darimu bu...
    kk @Insan, terimakasih.... kisah-kisahnya banyak menginspirasi.

    ReplyDelete
  8. Terkadang Tuhan berdialog dengan kita melalui bahasasa contoh nasehat kebaikan dari arah yang tidak kita duga ya Kang.

    Salam wisata

    ReplyDelete
  9. Subhanallah, benar2 sebuah filosofi yang dalam. Terharu melihat kesederhanaan dan kejujuran sosok seorang Bu Manggi.. Sampaikan salamku ya Mas :)

    ReplyDelete
  10. Cerita yang sangat bagus dan mengharukan. Semoga Bu Manggi senantiasa diberikan berkah dan kesehatan.

    ReplyDelete