Suatu
pelajaran berharga yang kudapatkan dari seorang wanita tua. Guratan
wajahnya tampak sangat letih. Kulitnya makin berkerut coklat kehitaman
terbakar matahari disiang hari. Langkahnya sudah tidak setegar beberapa
tahun lalu. Tapi tidak ada keluh-kesah yang tersirat dari
hatinya itu bisa terlihat dari tatapan matanya walau tampak sayu tapi
optimisme terpancar kuat. Air matanyapun sudah mengering yang tersisa
hanya semangat bercampur kenyakinan bahwa Allah tidak akan salah
alamat dalam membagikan rejeki. Alasan itulah membuatnya tetap tegar dan
bertahan mengarungi derasnya ombak kehidupan.
Wanita
itu bernama Bu Manggi. Entahlah siapa nama sebenarnya tapi teman-teman
dikantor biasa memanggilnya Bu Manggi, dia tidak merasa keberatan dengan
panggilan itu. Nama Manggi diambil dari kata Semanggi. Sesuai dengan dagangan yang dijualnya yaitu semanggi. Sebagai penjual sayur semanggi dia cukup sabar dan telaten dalam menghadapi beragam karakter pembeli. Maka tidak heran jika banyak pelanggannya termasuk teman-teman dikantor dan
orang-orang dikomplek perkantoranku.
Orang mengenal Bu
Manggi sebagai sosok yang jujur dan tidak neko-neko. Semangat juangnya tinggi
karena dia sadar jika tidak mendapatkan hasil hari ini tentu dia
akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya esok hari. Apalagi sudah
beberapa tahun suaminya kena stroke hanya bisa berbaring diranjang.
Praktis Bu Manggi menjadi tulang punggung keluarga. Beruntung masih ada
satu cucunya yang tinggal serumah bisa menjaga dan merawat kakeknya bila
ditinggal berjualan
Bu
Manggi orang yang tetap memegang teguh filosofi Jawa. Banyak
mengajariku filosofi kehidupan dalam bahasa Jawa kental yang kadang
sulit aku mengerti. Pernah suatu ketika menasehatiku dengan caranya
sendiri. Walau terkesan sederhana ternyata mengandung makna yang dalam.
Ada beberapa nasehatnya yang sempat terekam dalam memoriku.
Tiyang gesang niku Ojo Mung Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Orang hidup itu jangan hanya terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
Tiyang gesang Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman (Orang Hidup itu jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut. Jangan cengeng atau manja)
Pernah juga mengatakan kepadaku Ojo Milik Barang Kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo (Jangan
silau dan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah,
jangan berfikir untuk mendua agar tidak mengendurkan niat dan
semangatnya).
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
Bagiku
sebuah nasehat itu menjadi baik jika mengandung kebaikan dan tepat sasaran
tanpa memandang dari siapa dan dari mana nasehat itu. Seperti yang dikatakan Ali Bin
Abi Thalib "Jangan melihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang
disampaikannya"
Bu
Manggi memang hanya seorang penjaja sayur semanggi. Tetapi sebagai
seorang muslimah yang taat dia tetap mempunyai impian yang disematkan
tinggi dilangit. Impiannya hanyalah ingin menunaikan rukun Islam ke lima
yaitu menunaikan ibadah haji. Dia sendiri sejujurnya tidak tahu
dengan cara apa dan bagaimana bisa berhaji. Dia sangat menyadari
penghasilannya sebagai penjual semanggi tidak terlalu banyak hanya bisa
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi dia tetap punya keyakinan
bila ada kemauan insya Allah akan ada jalan. Kalaupun memang pada
kenyataannya belum diberi kesempatan untuk ke tanah suci minimal sudah
ada niatan untuk kesana.
Satu hal yang membuatku berdecak kagum yaitu ketika Bu Manggi menemukan dompet berisikan beberapa lembar uang ratusan ribu serta surat-surat penting. Dengan tergopoh-gopoh dan wajah pucat pasi dia meminta tolong padaku untuk mencarikan pemilik dompet. Beruntung ada KTP didompet sehingga bisa dilacak alamat dan no telponnya melalui 108. Bu Manggi tidak mau diberi hadiah kecuali jika dibeli semanggi dagangannya.
Subhanallah.
Padahal dia sendiri kehidupannya pas-pasan juga membutuhkan uang untuk
berobat suaminya dan jika dia tidak mengembalikan tidak ada satupun
orang yang tahu. Tapi dalam hatinya tertanamkan bahwa Allah Maha
Mengetahui keyakinan itu bukan hanya di bibir tapi benar-benar
diaplikasikan dalam kehidupannya.
Ketika ditanyakan alasan mengembalikan dompet tersebut, dengan polos Bu Manggi menjawab "Kulo
niki tiyang mlarat mboten gadah bondho nopo-nopo teng donyo, wong
sampun mboten gadah bondo tambah mboten jujur, lajeng nopo sing damel
piandhel dumateng ngarsani Gusti Allah" (Saya ini sudah miskin tidak
punya harta apa-apa di dunia ini, sudah tidak punya harta tidak jujur
lagi lantas apa yang diandalkan dihadapan Allah).
Aku
bagai tertampar dengan sebaris kepolosan dari Bu Manggi. Apakah aku
bisa istiqomah jika mendapat realita hidup seperti Bu Manggi ? Entahlah,
aku hanya bisa memohon perlindungan kepada Allah pemilik jiwa-ragakuku. Hanya Dia yang
bisa membolak-balikkan hati manusia.
"Ya Allah, wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu"
"Ya Tuhan Kami Janganlah Engkau Condongkan Hati Kami Kepada Kesesatan Setelah Engkau Berikan Petunjuk Kepada Kami, Dan Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi"
Aamiin...
Membaca kisah ini, mematahkan slogan Look who's talking. Sebab apa yang disampaikan bu Manggi baik dlm perkataan dan perbuatan, menyiratkan sebuah keikhlasan hidup dan kebijaksanaan bersikap.
ReplyDeleteIsi tulisan ini dalam sekali maknanya. Kalau kita terbuka utk mengkaji, maka banyak nilai kebaikan didalamnya.
Cara penulisannya juga menarik. Makin pinter aja nih merangkai kata... #bletaak... Kewaneen...
subhananllah....inspirasi dan renungan jelang sore yang hangattt..
Deletesalam kenal zwan
byeuh direview sama mbak Niken, kurang panjang ngereviewnya, matur nuwun sanget mbak
DeleteMbak HM Zwan, terimakasih hunjungannya
Deletesalam kenal juga...
Terkadang sebuah pilaku sikap yang keluar dari ucapan manusia yang dapat mengejawantahkan dalam laku kehidupan sebenarnya merupakan pelajaran dari soko guru kehidupan bagi orang-orang sekitarnya yang mau melihat bahasa Tuhan yang disampai kepada kita.
ReplyDeleteSemoga kita mau mendengarkan bahasa Tuhan yang sedang diucapkan Nya secara langsung melalui setiap kejadian ini. Sebagai contoh nasehat kebaikan untuk bersama
Sukses selalu
Salam Wisata
Terimakasih mas Indra, selalu menambahkan disetiap postinganku.., komentarnya selalu membuatku tertegun..
DeleteHIks..Terharuu
ReplyDeleteAku juga merasa tertampar membaca tulisan ini..
tidak bisa berkata kata lagih,..
Maaf lho, saya gak nyuruh bu Manggi nampar Teh Nchie
Deletemas Insan pancen oye... memang sih, filosofi Jawa itu dalem-dalem.
ReplyDeletesalam kenal Mas
Emang saya oye seperti obat sakit kepala...
Deletemakasih kunjungannya, salam kenal juga mbak
#pengen ngincipi semangginya jugakk..
ReplyDeletePemahaman Bu manggi tentang hakekat hidup dan menjalani kehidupan, sekali lagi menguatkan kalimat bijak : jangan melihat siapa yg berkata tappi simaklah apa isi yang diucapkan..
Salam salut dan kagum buat Bu manggi,
kalau mau datang aja ke kantor pas tengah hari
DeleteBetul Rie, hakekat hidup yang dipahami bu Manggi sangat mendasar. Tapi Ririe pasti lebih dari itu...
Membaca kisah Bu Manggi jadi merinding. Cocok dengan ujaran pak Ustaz, "Perhatikanlah apa yang diucapkan, bukan siapa yang mengucapkan." Selain Jawa, banyak juga filosofi lokal yang penuh muatan positif.
ReplyDeleteKejujuran Bu Manggi tidak perlu kita komentari; cukup kita teladani. Semoga Allah memudahkan jalan hidupnya dengan keberkahan.
Saya langsung bersikap jujur: mohon kapan-kapan Mas Insan berkenan menuliskan tentang hal-ihwal sayur semanggi dan kelezatannya ya...
Terima kasih telah berbagi. (Maaf, saya tidak tertampar, karena sudah lama saya tak punya muka :)
Setuju mas, keikhlasan hidup bu Manggi patut ditiru.
Deletewah berarti saya harus posting tentang Semanggi dong.. hmmm
terimakasih udah berkunjung mas
Yaa muqollibal qulub tsabit qolbi ala diinik.......
ReplyDelete*do'a yang penuh azam.
subhanalloh.. kisah ini memang sangat menampar, liyan tertegun sendiri. nasehat-nasehat bu manggi sungguh bijak sekali. cermin dari seorang yang sederhana namun berjiwa besar. kami banyak belajar darimu bu...
kk @Insan, terimakasih.... kisah-kisahnya banyak menginspirasi.
Terkadang Tuhan berdialog dengan kita melalui bahasasa contoh nasehat kebaikan dari arah yang tidak kita duga ya Kang.
ReplyDeleteSalam wisata
Subhanallah, benar2 sebuah filosofi yang dalam. Terharu melihat kesederhanaan dan kejujuran sosok seorang Bu Manggi.. Sampaikan salamku ya Mas :)
ReplyDeleteCerita yang sangat bagus dan mengharukan. Semoga Bu Manggi senantiasa diberikan berkah dan kesehatan.
ReplyDelete