Bocah kecil berlari-lari menghampiri ibunya, bocah itu bernama Danu. Badannya kurus kulitnya hitam terbakar matahari, dimatanya menyiratkan keletihan yang amat sangat. Berbekal kecrekan dari tutup botol dia menyanyikan lagu menyisir dari mobil satu ke mobil lainnya demi mendapatkan recehan uang. Sebenarnya belum layak lagu itu dinyanyikan untuk seumurannya tapi dia tidak sempat berpikir tentang kelayakan lagu tersebut, yang dipikirkan hanya hari ini butuh uang untuk membeli makan sekedar mengisi perut. Ibunya duduk di rerumputan jalur hijau jalan Raya Kertajaya menjajakan kerupuk puli sambil menyuapi anak balitanya dengan makanan seadanya.
menyemai taman cinta |
Aku duduk tidak jauh darinya seraya bersandar dipohon akasia sekedar untuk melemaskan otot-otot setelah setengah hari berjalan mendorong gerobak Es Cing-cau daganganku. Berkali-kali kudengar anak yang kecil menanyakan bapaknya, sementara ibunya sibuk menenangkan anaknya yang mulai rewel. Tadinya aku tidak ingin tahu tentang masalah pribadinya tapi melihat kerewelan anaknya kuberanikan untuk menanyakan keberadaan bapaknya kepada wanita paruh baya tersebut.
Aku tercekat mendengar kisahnya antara geram dan rasa iba, sudah enam bulan suaminya tidak pulang menemui keluarganya, tiga bulan pertama suaminya masih rutin mengirimkan uang yang dititipkan teman sekampung yang sama-sama satu kerjaan dibangunan. Walau kirimannya tidak banyak paling tidak masih bisa untuk menutupi kebutuhan keluarga. Saat berangkat ke Surabaya suaminya berjanji jika nanti penghasilannya sudah lumayan akan mencari kontrakan rumah di Surabaya agar bisa berkumpul dengan anak-anaknya.
Tapi janji tinggal janji setelah tiga bulan kepergiannya ke kota semuanya berubah tidak ada lagi kabar beritanya. Alih-alih mencari kontrakan untuk keluarga, berita tentang dirinya nyaris tidak ada lagi, ada apa dan dimana keberadaannya tidak ada yang tahu, hilang bagai ditelan bumi. Berita terakhir suaminya tidak bekerja dibangunan lagi sudah mendapat pekerjaan lain yang lebih baik. Dan kabar yang lebih menyakitkan ternyata suaminya mulai berpaling kelain hati sehingga rela melepaskan amanah istri dan anak yang diembannya.
Sementara diseberang jalan Danu berlari-lari lincah diantara deru asap polusi kendaraan diperempatan jalan. Hatiku bagai teriris-iris melihatnya, harusnya bocah seusianya masih disibukkan dengan PR disekolah bukan mencari uang dijalanan, harusnya bocah seusianya masih tertawa ceria bercanda dengan teman sebaya bukan berlaga dengan beratnya kehidupan kota. Melihat Danu bayanganku menerawang pada wajah polos anakku di kampung, mungkin anakku seusia dengan Danu. Kubayangkan anakku akan bernasib sama seperti Danu jika aku mulai goyah imanku. Kutatap dalam-dalam wajah anak dan istriku dari layar ponsel usang. Tak terasa air mata mengembang memenuhi kelopak mataku.
Aku tidak menyesal dengan pekerjaanku sebagai penjual Es Cing-cau walau tidak punya setumpuk harta untuk membeli cinta, karena aku punya taman cinta indah yang kupersembahkan untuk anak dan istriku. Taman cinta yang kusemai setiap saat, kusiram dengan kasih sayang dan kupupuk dengan doa kepada Illahi Robbi. Aku mencintainya karena Allah menghalalkan untuk mencintainya. Biarlah aku Menyemai Cinta dengan caraku sendiri dan demgan apa adanya.
"Ini adalah kisah sederhana tentang makna kesetiaan
dari seorang penjual Es Cing-cau"
Malam - malam ada fiksi lewat.
ReplyDeletePak, kalau saya boleh usul, aku juga mau dikenalin sama Danu.
Biar kita bisa bernyanyi bersama, biar aku juga bisa lebih belajar tentang hidup.
Selamat istirahat ya Danu
Silakan datang ke Surabaya, nanti bakal ketemu Danu, bahkan banyak Danu lain yang bertebaran diperempatan jalan
DeleteMakasih mas Imam
keluar juga blink2nya :D
DeleteIngin membantu para Danu di Surabaya, adakah LSM yang membantu mereka untuk mandiri. Saya ingin sedikit membantu untuk itu. Tks
Deletemungkin bisa disalurkan ke Panti asuhan atau banyak sih yayasan sosial sejenis
DeleteTerimakasih ya kakak Andy atas bantuannya
Deletekedipin mata.. bling2
Komen pertama di Blog Oni-Can yang ini :)
ReplyDeleteFiksi menginspirasi, terimakasih ^_^
Selamat datang Zilian...
Deleteakhirnya datang juga di lapak ini
Luar biasa,,,,,, sebuah kisah yang memberikan pembelajaran arti sebuah kebahagian yang sesungguhnya.
ReplyDeleteSalam wisata
Terimakasih Kang Indra...
Deletekita belajar menyemai ditaman kita ya..
Semailah cinta suburkanlah. haihh.. itu seperti postinganku. hanya saja yang ini lebih bagus >_<
ReplyDeletegedubraxxss... jatuh gara2 pita..
Deletemana mungkin tulisanku bisa ngalahin Pita..
haih mas yang satu ini memang pandai sekali merendahkan hati..
Deleteeh mas.. mau dong diajarin kelap-kelip begitu :D
haih adik yang satu ini memang pandai sekali menyenangkankan hati..
DeleteGampang kok Pita, entar di inbox aja ya
datang untuk kunjungan di blog sobat, saat ini saya akan sedekah di blog sobat, izin klik semua iklannya gan, membalas kebaikan agan. terima kasih. sukses selalu dan mari kita jaga silaturahmi
ReplyDeleteTerimakasih...
Deletenanti berkunjung balik..
Salam silaturahmi
ini fiksi??? menyentuh sekali....
ReplyDeletebelajar mbak Sarah...
Deletetterimakasih kunjungannya
Mengambil pelajaran dari kisah ini.
ReplyDeleteMakasih mbak Niken..
Deletesama-sama mengambil pelajaran
kisah yang luar biasa mas insan:)
ReplyDeleteTerimakasih Tia..
Deleteterimakasih juga kunjungannya
nyentuh banget yaa cerita nya :)
ReplyDeleteTerima kasih, tapi masih belajar nih..
Deletewas2 takut kalo2 tukang es cendol malah jatuh hati sama ibunya danu... :)
ReplyDeleteBagus fiksinya mas...
semoga tukang es nya tetep rajin menyemai taman cintanya ya mbak...
Deletetaman cinta yang indah kupersembahkan untuk anak dan istriku, taman cinta yang kusemai setiap saat.
ReplyDeleteTaman cinta itu indah, Allah memberikannya kepada yang telah menikah. Jaga dan rawat dengan baik.
Keren banget,
Salam
Astin
Haish terimakasih mbak Astin..
Deleteinsya Allah dirawat deh
Salam.
Waaaaah, Bapaknya Danu tega sekali :(
ReplyDeleteMembaca cerita ini jadi membayangkan anak-anak dan ibu-ibu yang mengamen serta mengemis di pinggir jalan pas ada lampu merah. Mungkin juga kisahnya ga jauh berbeda dari ini.
Semoga "aku" si tukang Es Cao selalu diberikan kuntum-kuntuk bunga indah dari hasil penyemaian cintanya :)
*ceritanya keren! Selamat ber-giveaway mas.
ini bukan utk give away kok Irma
Deletelagi belajar menulis aja...
tapi msh blm bisa kaya punya Irma
suami yang bertanggung jawab terhadap keluarga
ReplyDeleteoh iyakah mbak...
Deletedoain authornya juga begitu... cieeee
ES cao ITU APA SIH BANG??
ReplyDeletewah salut sama perjuangan abang. ah jangan bgtu.
Kisahku juga hampr sama yang di orang pinggiran lho? yang jualan keliling anak2 kecil itu. malu sih, gengsi iya. tapi ngerasainnya seneng soalnya usia sgtu menangis dalam sebuah bentuk cinta. Ortu kita itu benar2 berjuang lebih parah dari apa yang belum pernah kita lakukan. Ayah ibuku mereka juga naik turun meraka usaha kecil2an.jadi curhat. nnti aku review di blog ah,,, hehe
Es Cao itu kalau gak salah es cingcao..
Deletekalau di Surabaya disebut Es cao itu loh yg warnanya hitam...
Wau ditunggu deh reviewnya di blognya
JIKA Setiap org pny cara yg INdah utk menyemai cinta pd istri/suami dan keluarganya, betapa setiap rumah akan jadi baiti jannti ya mas:)
ReplyDelete#betewe, kelip-kelip authornya keren deh
yups setuju Rie, selagi ririe masih anget2nya dijaga ya baiti jannatinya...
Deletekisah yang menyentuh. semoga Danu dan ibunya tegar menjalani hidup..
ReplyDeleteAamiin..
Deleteterimakasih kunjungannya mbak Helma
salam dari surabaya
kebahagiaan itu memang gak bs diukur dg uang, apalagi kl yg kita inginkan adalah kebahagiaan sejati. Sy selalu terharu dg org2 yg bisa menemukan kebahagiaan sejatinya
ReplyDeleteVery-very setuju Myra...
DeleteMampiirrr....
ReplyDeletemembacanya ada rasa haru dan iba,
semoga sosok Danu bs tetap semangat menjalani hari-harinya.
Dua jempol untuk kisah yg manis ini :)
Timakasih Anna...
Deleteberharap Anna juga tetap semangat menjalani hidup
"walau tidak punya setumpuk harta untuk membeli cinta lain..."
ReplyDeleteDalemmm....
Inspiring story, Mas :)
Wah terimakasih banget mbak...
Deletesalam..
Nice fiction gan !
ReplyDeleteSelalu ada cinta buat anak-anak seperti Danu..
Follbek ane gan hahaha
Tx kunjungannya gan..
Deletekalau bukan kita yg cinta anak seperti Danu lantas siapa lagi
Follback sukses gan... #lempar bakiak
Menyemai cinta dengan ikhlas, memberi nafkah anak istri :)
ReplyDeletejadi inget bp saya yg merantau juga menafkahi kami :)
Alhamdulillah Semoga Bapaknya sehat2 selalu..
DeleteMaksud dari menghalalkan adalah menikahinya sob.
ReplyDeleteYups.. betul mencintai secara khusus yaitu mencintai istri yang dinikahi atau secara umum mencintai kepada anak, orang tua, mukhrim, yatim piatu dsb. tapi yang lebih khusus lagi mencintai Allah dan Rasulnya
DeleteKaget banget waktu sampai di nama Danu. Karena Danu juga nama anak yatim di bawah asuhanku. Suatu kebetulan sekali. Memang ibunya Danu bukan penjual es. Ia penjahit. Tetapi butuh keikhlasan dan lebih banyak taburan cinta untuk Danu.
ReplyDeleteSukses selalu dengan GA-nya.
Subhanallah...
DeleteTernyata mbak Susi disela kesibukannya masih mau peduli dan berbagi dengan Anak yatim...
semoga kebaikan mbak Susi mendapat balasan kebaikan dari-Nya berlipat ganda...
Btw ini bukan GA kok mbak.
wow, cerita luar biasa. tulisan mas ini membangunkan emosi saya kembali...
ReplyDeleteingin menulis yang seperti ini lagi,,,
Ayo silakan ekspresikan...
DeletePinter bikin fiksi rupanya..
ReplyDeletekan diajarin mbak Yuni
Deletehmmmmfffff....
ReplyDeletecuma bisa bengong di depan komputer setelah baca ini.dalem.... :)
Sedalem laut atlantik ya kang..?? ckckkck
DeleteSelamat, kisah ini terpilih sebagai salah satu tulisan juri terbaik pada GA Menyemai Cinta. Hadiah dikirim kapan-kapan. Hehehe...
ReplyDeleteYa iyalah.. Jurinya dua sedang yang nulis cuman satu...
Delete